Courtesy of Axios
Ikhtisar 15 Detik
- Google Cloud meluncurkan model cuaca berbasis AI untuk membantu industri energi.
- Model cuaca ini dapat memberikan peramalan probabilistik untuk skenario cuaca ekstrem.
- Ada potensi kolaborasi antara Google DeepMind dan NOAA dalam pengembangan model cuaca.
Google Cloud sedang mengembangkan model ramalan cuaca berbasis AI untuk membantu industri energi. Model ini, yang dikembangkan oleh Google DeepMind, menggunakan data cuaca historis untuk memprediksi kondisi cuaca 10 hingga 15 hari ke depan. Salah satu model, yang sebelumnya dikenal sebagai GenCast, telah terbukti lebih akurat dibandingkan sistem ramalan cuaca lainnya. Dengan model ini, perusahaan energi dapat merencanakan kebutuhan pasokan dan permintaan, serta memutuskan lokasi pembangunan infrastruktur energi terbarukan.
Pengumuman ini datang menjelang konferensi energi tahunan CERAWeek di Houston, di mana banyak pemimpin industri energi berkumpul. Meskipun model cuaca berbasis AI ini masih dalam tahap awal, mereka menawarkan cara yang lebih cepat dan murah untuk memprediksi cuaca dibandingkan model tradisional yang menggunakan rumus fisika yang kompleks. Saat ini, model-model ini akan melengkapi, bukan menggantikan, model ramalan cuaca tradisional.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dilakukan Google Cloud terkait model cuaca?A
Google Cloud memasarkan dua model peramalan cuaca berbasis AI untuk membantu perusahaan merencanakan kondisi cuaca ekstrem.Q
Siapa yang mengembangkan model cuaca yang dipasarkan oleh Google Cloud?A
Model cuaca tersebut dikembangkan oleh Google DeepMind.Q
Apa nama merek dari model peramalan cuaca yang diluncurkan Google Cloud?A
Merek dari model peramalan cuaca tersebut adalah WeatherNext.Q
Mengapa industri energi menjadi target utama untuk model cuaca ini?A
Industri energi membutuhkan model ini untuk merencanakan perubahan pasokan dan permintaan serta infrastruktur energi terbarukan.Q
Apa tantangan yang dihadapi NOAA saat ini?A
NOAA sedang mengalami pemotongan anggaran dan masa depan yang tidak pasti.