Courtesy of Forbes
Serangan ransomware yang terjadi pada bulan Juli di kota Columbus, Ohio, telah mengungkap informasi pribadi sekitar 500.000 penduduk, menjadikannya salah satu insiden siber terbesar yang melibatkan kota di AS. Serangan ini dilakukan oleh kelompok ransomware Rhysida, yang mencuri data sensitif seperti nama, alamat, nomor Jaminan Sosial, dan informasi rekening bank. Setelah negosiasi tebusan gagal, Rhysida merilis sebagian data yang dicuri di dark web, yang dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Meskipun pejabat kota awalnya menyatakan bahwa data yang dicuri tidak dapat digunakan, seorang peneliti keamanan membongkar bahwa data tersebut berisi informasi yang berbahaya.
Sebagai respons, pejabat Columbus mengajukan gugatan terhadap peneliti tersebut, yang dianggap telah membagikan informasi yang dicuri secara ilegal. Mereka juga menawarkan layanan pemantauan kredit gratis selama dua tahun kepada penduduk yang terkena dampak dan berencana untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber mereka. Situasi ini menimbulkan tekanan bagi pejabat kota untuk meningkatkan praktik keamanan dan komunikasi yang lebih transparan mengenai insiden siber di masa depan.