Courtesy of TechCrunch
Perkembangan terbaru dalam dunia teknologi menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan startup yang berfokus pada kecerdasan buatan (AI) mengalami kesuksesan. Salah satu contohnya adalah Metropolis, sebuah platform parkir berbasis AI, yang berencana membeli Oosto, perusahaan visi komputer yang kontroversial, seharga Rp 2.06 triliun ($125 juta) . Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan total dana yang pernah dikumpulkan Oosto, yaitu Rp 6.25 triliun ($380 juta) . Oosto, yang sebelumnya dikenal sebagai AnyVision, telah menghadapi banyak masalah, termasuk kehilangan investor besar seperti Microsoft dan mengalami penurunan pendapatan.
Meskipun Metropolis dan Oosto memiliki fokus yang sama dalam teknologi visi komputer, tantangan yang dihadapi Oosto menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan AI dapat bertahan dalam iklim bisnis yang sulit. Metropolis, yang baru-baru ini mengumpulkan Rp 27.96 triliun ($1,7 miliar) , berusaha untuk memperluas bisnisnya dengan mengakuisisi Oosto. Para ahli percaya bahwa akuisisi ini dapat membantu kedua perusahaan dalam menciptakan solusi yang lebih aman dan efisien untuk manajemen kota dan keselamatan publik. Namun, situasi geopolitik yang sedang berlangsung di Israel juga dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan-perusahaan ini untuk beroperasi dan mendapatkan pendanaan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi antara Metropolis dan Oosto?A
Metropolis mengakuisisi Oosto dengan nilai transaksi sebesar $125 juta.Q
Mengapa Oosto mengalami kesulitan finansial?A
Oosto mengalami kesulitan finansial karena kontroversi penggunaan teknologi mereka dan kehilangan investor kunci.Q
Apa yang dimaksud dengan teknologi komputer visi?A
Teknologi komputer visi adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk memahami dan memproses gambar dari dunia nyata.Q
Siapa yang menjadi investor utama Oosto sebelum rebranding?A
SoftBank adalah investor utama Oosto sebelum mereka menarik dukungan setelah kontroversi.Q
Apa dampak dari perang di Israel terhadap perusahaan-perusahaan seperti Oosto?A
Perang di Israel membuat tantangan bagi perusahaan-perusahaan Israel dalam mengumpulkan dana dan melakukan bisnis.