Courtesy of Reuters
Sebuah kelompok advokasi asal Austria bernama Noyb mengajukan keluhan terhadap beberapa perusahaan Cina, termasuk TikTok, Shein, dan Xiaomi, karena diduga mengirim data pengguna dari Uni Eropa ke Cina secara ilegal. Noyb, yang sebelumnya dikenal karena mengajukan keluhan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika seperti Apple dan Google, menyatakan bahwa ini adalah keluhan pertama mereka terhadap perusahaan Cina. Mereka meminta agar pengiriman data ke Cina dihentikan dan menginginkan denda yang bisa mencapai 4% dari pendapatan global perusahaan-perusahaan tersebut.
Baca juga: Penasihat pengadilan UE mendukung WhatsApp dalam perjuangannya melawan pengawas privasi UE.
Menurut peraturan perlindungan data Uni Eropa, pengiriman data ke negara lain hanya diperbolehkan jika negara tujuan tidak merusak perlindungan data tersebut. Noyb menekankan bahwa Cina tidak menawarkan tingkat perlindungan data yang sama seperti di Uni Eropa, sehingga pengiriman data pribadi warga Eropa ke Cina dianggap ilegal. Selain itu, TikTok juga sedang menghadapi penyelidikan di Eropa terkait dugaan campur tangan dalam pemilihan umum.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dituduhkan oleh Noyb terhadap TikTok dan perusahaan China lainnya?A
Noyb menuduh TikTok dan perusahaan China lainnya mengirimkan data pengguna Uni Eropa secara ilegal ke China.Q
Mengapa Noyb mengajukan keluhan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut?A
Noyb mengajukan keluhan karena mereka percaya bahwa transfer data tersebut melanggar regulasi perlindungan data di Uni Eropa.Q
Apa yang dimaksud dengan GDPR dalam konteks artikel ini?A
GDPR adalah regulasi perlindungan data di Uni Eropa yang mengatur bagaimana data pribadi harus dilindungi dan ditransfer.Q
Apa dampak dari pelanggaran privasi yang dituduhkan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut?A
Pelanggaran privasi yang dituduhkan dapat mengakibatkan denda besar bagi perusahaan-perusahaan tersebut dan dapat mempengaruhi kepercayaan pengguna.Q
Siapa yang melaporkan berita ini dan dari mana asalnya?A
Berita ini dilaporkan oleh Supantha Mukherjee dan Yun Chee dari Thomson Reuters, yang berbasis di Stockholm dan Brussels.