Courtesy of CoinDesk
Perusahaan Conduit telah meluncurkan G2 Sequencer yang diklaim 10 kali lebih kuat dibandingkan versi sebelumnya untuk kerangka rollup. Dengan kemampuan komputasi 100 kali lipat dari Ethereum, G2 Sequencer memungkinkan aplikasi blockchain seperti permainan Web3 dan protokol DeFi untuk beroperasi lebih cepat tanpa biaya tambahan. Ini sangat penting karena aplikasi yang kompleks sering kesulitan berfungsi di blockchain karena keterbatasan komputasi. G2 dapat menangani lonjakan aktivitas pengguna dengan baik, menjaga kinerja aplikasi on-chain tetap optimal dan terjangkau.
Sementara itu, Dynex, sebuah blockchain lapisan-1 untuk komputasi kuantum terdesentralisasi, telah meluncurkan rencana ambisius selama 10 tahun untuk beralih dari emulasi kuantum berbasis GPU ke chip kuantum silikon. Mereka menargetkan untuk menguasai 25% pasar komputasi kuantum pada tahun 2034 dan telah mengumpulkan dana sebesar Rp 822.25 miliar ($50 juta) untuk menarik investor. Selain itu, Hermetica, pencipta stablecoin USDh yang didukung bitcoin, telah mengamankan Rp 27.96 miliar ($1,7 juta) dalam pendanaan awal. Terakhir, Exponential Science, yayasan nirlaba yang didirikan oleh akademisi, bertujuan untuk mempercepat penggabungan blockchain dengan AI dan teknologi baru lainnya untuk mengatasi tantangan sosial yang kompleks.