Peningkatan Banjir di Indonesia Akibat Perubahan Lahan dan Kerusakan Hutan
Courtesy of CNBCIndonesia

Peningkatan Banjir di Indonesia Akibat Perubahan Lahan dan Kerusakan Hutan

Memberikan pemahaman tentang bagaimana perubahan penggunaan lahan, kerusakan hutan, dan pembangunan infrastruktur bendungan berkontribusi pada peningkatan risiko banjir di Indonesia serta mengingatkan pentingnya perlindungan tanah dan perencanaan tata guna lahan yang berkelanjutan demi melindungi masyarakat terutama yang miskin.

03 Des 2025, 06.30 WIB
229 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Perubahan penggunaan lahan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit, berkontribusi signifikan terhadap peningkatan banjir.
  • Hutan memiliki peranan penting dalam menjaga siklus air dan mencegah bencana banjir.
  • Pembangunan infrastruktur seperti bendungan harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk menghindari dampak negatif pada masyarakat lokal.
Jambi, Indonesia; Sumatra Barat, Indonesia; Sumatra Utara, Indonesia; Aceh, Indonesia - Penelitian pada tahun 2020 mengungkap bahwa banjir di Indonesia akan semakin sering terjadi dan semakin parah. Hal ini disebabkan oleh interaksi antara proses ekohidrologi dan sosial, termasuk degradasi tanah pada lahan monokultur seperti perkebunan kelapa sawit yang meluas ke lahan basah dan dataran banjir. Pembangunan bendungan pelindung banjir juga berperan dalam perubahan pola banjir lokal.
Tim peneliti dari Universitas Göttingen, IPB University, dan BMKG melakukan wawancara dan analisis ilmiah di Provinsi Jambi. Mereka menemukan bahwa ekspansi perkebunan kelapa sawit dan karet menyebabkan tanah menjadi padat sehingga air hujan sulit terserap dan cepat mengalir ke permukaan, memperburuk risiko banjir. Bentang alam dataran banjir yang rusak memiliki peranan besar dalam proses ini.
Penduduk desa juga menilai bendungan dan saluran drainase yang dibangun sering dimanfaatkan oleh pemilik perkebunan besar untuk mengalihkan air, yang mengakibatkan banjir meningkat di perkebunan kecil dan menimbulkan ketegangan sosial. Peneliti mengingatkan pentingnya perlindungan tanah dan perencanaan tata guna lahan agar siklus air tidak terus terganggu terutama di dataran banjir dan lahan basah.
Selain itu, banjir bandang dan tanah longsor di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh tidak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga kerusakan hutan di hulu Daerah Aliran Sungai. Hutan berperan sebagai spons yang menyerap dan menahan air, menjaga keseimbangan siklus air dan mencegah banjir. Deforestasi masif yang terjadi di wilayah tersebut menghilangkan fungsi hidrologis ini.
Data menunjukkan deforestasi besar terjadi antara tahun 1990-2024 di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, dengan kehilangan hutan primer dan tutupan pohon yang signifikan. Hutan yang tersisa banyak berada di lereng curam yang rawan longsor dan banjir bandang. Tanpa tindakan perlindungan serius, risiko bencana akan terus meningkat, terutama bagi masyarakat miskin yang paling terdampak.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251203061211-37-690507/penelitian-ungkap-banjir-di-ri-lebih-sering-dan-makin-parah

Analisis Ahli

Christian Stiegler
"Perubahan tata guna lahan skala besar mempercepat aliran air permukaan sehingga memperburuk kerusakan dataran banjir."
Jennifer Merten
"Pembangunan bendungan kerap menjadi penyebab meningkatnya banjir di perkebunan kecil dan menimbulkan konflik sosial dengan perusahaan besar."
Hatma Suryatmojo
"Hutan sebagai spons hidrologis penting untuk mencegah banjir; kerusakan hutan hilangkan fungsi ini dan mempercepat limpasan air ke sungai."

Analisis Kami

"Perubahan besar dalam penggunaan lahan tanpa mempertimbangkan aspek ekohidrologi akan memperparah siklus banjir yang sudah rentan di banyak wilayah Indonesia. Pemerintah dan pelaku usaha perlu berkolaborasi lebih serius dalam mengawasi dan mengatur tata guna lahan agar dampak sosial dan lingkungan ini tidak terus meningkat."

Prediksi Kami

Jika tidak segera dilakukan perlindungan lahan dan pengelolaan tata guna lahan yang berkelanjutan, banjir dan bencana terkait akan semakin sering terjadi dan berdampak lebih parah, terutama pada masyarakat miskin di Indonesia.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa penyebab utama peningkatan frekuensi banjir di Indonesia?
A
Penyebab utama peningkatan frekuensi banjir di Indonesia adalah degradasi tanah, ekspansi perkebunan kelapa sawit, dan pembangunan bendungan pelindung banjir.
Q
Bagaimana perubahan tata guna lahan berpengaruh terhadap siklus air?
A
Perubahan tata guna lahan membuat pemadatan tanah, sehingga lebih sedikit air hujan yang terserap, dan air mengalir cepat ke permukaan.
Q
Apa dampak dari pembangunan bendungan terhadap pola banjir lokal?
A
Pembangunan bendungan dapat menyebabkan peningkatan banjir di perkebunan kecil dan menciptakan konflik sosial baru.
Q
Mengapa hutan di hulu penting untuk mencegah banjir?
A
Hutan di hulu berperan sebagai penyangga hidrologis yang dapat menyerap air hujan dan mencegah limpasan yang berlebihan.
Q
Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak banjir di masyarakat miskin?
A
Perlindungan tanah dan perencanaan tata guna lahan yang baik sangat penting untuk mengurangi dampak banjir, terutama bagi masyarakat miskin.