Pertumbuhan Pesat BNPL di Indonesia dengan Pengawasan Risiko Ketat
Courtesy of CNBCIndonesia

Pertumbuhan Pesat BNPL di Indonesia dengan Pengawasan Risiko Ketat

Menginformasikan tentang pertumbuhan pesat pembiayaan BNPL dan bagaimana Shopee PayLater mengelola risiko serta mendorong inklusi keuangan digital yang bertanggung jawab.

30 Okt 2025, 18.00 WIB
286 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Pertumbuhan pembiayaan BNPL menunjukkan tren yang positif meskipun ada tantangan dalam daya beli masyarakat.
  • Kehati-hatian dan pengawasan risiko adalah kunci untuk menjaga kualitas pembiayaan di sektor digital.
  • Edukasi konsumen dan monitoring risiko secara real-time sangat penting untuk menghindari lonjakan gagal bayar.
Jakarta, Indonesia - Pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau pay later di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan, dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 8,56 triliun pada Juni 2025. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan layanan tersebut untuk belanja dengan metode cicilan.
Meskipun pembiayaan BNPL semakin besar, kondisi daya beli masyarakat saat ini sebenarnya sedang melemah dan kelas menengah mengalami penurunan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia layanan agar tetap bisa mengelola risiko gagal bayar dengan baik.
Shopee PayLater, salah satu penyedia BNPL di Indonesia, menekankan pentingnya kehati-hatian dan pengawasan risiko dalam menghadapi lonjakan permintaan kredit. Mereka melakukan monitoring risiko secara real-time agar kualitas pembiayaan tetap terjaga dan gagal bayar bisa diminimalisir.
Selain menjaga kualitas pembiayaan, Shopee PayLater juga fokus pada edukasi konsumen untuk membantu mereka memahami cara menggunakan fasilitas pay later secara bertanggung jawab. Hal ini penting agar pengguna tidak terjebak dalam utang yang berlebihan.
Shopee PayLater juga mendorong inklusi keuangan digital dengan menyediakan opsi cicilan yang fleksibel dan mudah digunakan, baik secara online maupun di merchant offline yang menerima QRIS. Dengan cara ini, mereka berharap masyarakat dapat mengelola keuangan dengan lebih efektif sekaligus menikmati kemudahan pembayaran digital.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251030152105-37-680761/warga-ri-pakai-pay-later-rp-856-triliun-begini-tren-di-shopee

Analisis Ahli

Anggie Ariningsih
"Penekanan pada keseimbangan antara ekspansi dan kualitas pembiayaan serta real-time risk monitoring menjadi kunci keberlanjutan bisnis pembiayaan digital yang sehat."

Analisis Kami

"Pertumbuhan BNPL memang membuka akses ke layanan keuangan bagi banyak orang, namun tanpa pengelolaan risiko yang tepat, ini bisa memperparah masalah utang di masyarakat. Shopee PayLater sudah mengambil langkah penting dengan monitoring real-time, namun edukasi konsumen juga harus lebih ditingkatkan agar pengguna benar-benar bijak dalam menggunakan fasilitas ini."

Prediksi Kami

Pertumbuhan pembiayaan digital BNPL kemungkinan akan terus meningkat, namun dengan pengawasan yang ketat dan inovasi dalam manajemen risiko agar tidak terjadi lonjakan gagal bayar yang signifikan.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang ditunjukkan oleh data OJK tentang pembiayaan BNPL?
A
Data OJK menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan BNPL tumbuh 56,26 persen menjadi Rp 8,56 triliun pada Juni 2025.
Q
Mengapa Shopee PayLater menekankan kehati-hatian dalam ekspansi?
A
Shopee PayLater menekankan kehati-hatian untuk memastikan bahwa pertumbuhan tidak mengakibatkan lonjakan gagal bayar di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
Q
Bagaimana Shopee PayLater memastikan kualitas pembiayaan tetap terjaga?
A
Shopee PayLater memastikan kualitas pembiayaan tetap terjaga melalui peningkatan monitoring dan mitigasi risiko yang ketat.
Q
Apa yang dilakukan Shopee PayLater untuk mendukung inklusi keuangan?
A
Shopee PayLater mendukung inklusi keuangan dengan memperluas akses terhadap layanan kredit yang bertanggung jawab dan fleksibel.
Q
Mengapa daya beli masyarakat menjadi faktor penting bagi Shopee PayLater?
A
Daya beli masyarakat penting bagi Shopee PayLater agar dapat mengantisipasi risiko terkait pembiayaan yang diberikan.