Courtesy of CNBCIndonesia

Bank Bunq Didenda 2,6 Juta Euro Karena Kurangi Pengawasan Pencucian Uang

Memberikan informasi mengenai sanksi yang dikenakan pada bank digital Bunq terkait kegagalan pengawasan pencucian uang serta penggunaan teknologi AI dalam upaya pencegahan, agar pembaca memahami tantangan regulasi dan teknologi dalam dunia perbankan digital modern.

25 Agt 2025, 17.45 WIB

42 dibaca

Ikhtisar 15 Detik

Bank Bunq dikenakan denda karena kurangnya pengendalian terhadap pencucian uang.
DNB menilai bahwa strategi anti pencucian uang Bunq tidak memadai.
Bunq menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan keamanan dan mendeteksi penipuan.

Jakarta, Indonesia - Bank digital Bunq di Belanda mendapat sanksi denda sebesar 2,6 juta euro atau sekitar Rp49,45 miliar oleh Bank Sentral Belanda (DNB). Denda ini diberikan karena Bunq dianggap gagal mengendalikan praktik pencucian uang di platformnya selama periode Januari 2021 hingga Mei 2022.

Sebelumnya, Bunq pernah menggugat DNB ke pengadilan karena menilai strategi anti pencucian uang yang diterapkan oleh bank sentral tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak efektif. Namun, meskipun menang di pengadilan pada 2022 lalu, Bunq tetap dikenakan denda oleh regulator.

Untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan, Bunq memanfaatkan teknologi AI generatif dari perusahaan chip asal Amerika Serikat, Nvidia. Dengan teknologi ini, Bunq berusaha mendeteksi dan melawan penipuan serta pencucian uang secara lebih efektif melalui aplikasi bank online yang bisa diakses kapan saja.

Bunq merupakan salah satu bank digital terbesar di Uni Eropa dengan lebih dari 12 juta nasabah dan mengelola deposit sebesar lebih dari 8 miliar euro atau sekitar Rp130 triliun. Bank ini menawarkan kemudahan layanan keuangan secara online tanpa perlu berkunjung ke kantor cabang fisik.

Kasus Bunq menunjukkan pentingnya integrasi teknologi canggih dengan regulasi yang ketat dalam memerangi pelanggaran pencucian uang. Meskipun menggunakan AI, tetap dibutuhkan pengawasan dan kontrol yang kuat dari regulator untuk menjaga keamanan sistem keuangan digital.

Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250825144043-37-661155/geger-bank-digital-kena-kasus-pencucian-uang-didenda-rp-49-miliar

Analisis Ahli

Andreas Schwartz (Analis Keamanan Siber Finansial)

"Sanksi terhadap Bunq menegaskan bahwa teknologi saja tidak cukup tanpa implementasi kontrol yang ketat dan transparan. Bank digital harus mengintegrasikan AI dengan kebijakan kepatuhan yang jelas agar risiko pencucian uang dapat diminimalisasi secara real-time."

Lisa van Rijn (Ekonom Perbankan Digital)

"Kasus Bunq menunjukkan perlunya pembaruan regulasi yang sejalan dengan teknologi baru agar tidak terjadi ketimpangan antara regulasi klasik dan inovasi fintech yang cepat berkembang."

Analisis Kami

"Kejadian ini memperlihatkan tantangan besar dalam pengawasan bank digital yang berkembang cepat dan kompleks, terutama terkait praktik pencucian uang. Penggunaan AI memang membantu, tapi masih dibutuhkan sinergi yang lebih solid antara inovasi teknologi dan regulasi agar pengawasan bisa efektif tanpa menghambat kemajuan digitalisasi perbankan."

Prediksi Kami

Teknologi AI yang terus berkembang kemungkinan akan semakin diadopsi oleh bank digital untuk meningkatkan pengawasan terhadap pencucian uang, namun regulasi juga akan semakin ketat untuk memastikan keamanan finansial.