Courtesy of YahooFinance
Pasar saham mengalami penurunan, terutama di Eropa, yang turun hampir 1% akibat kekhawatiran terkait konflik yang meningkat antara Rusia dan Ukraina. Laporan menyebutkan bahwa pasukan Ukraina melakukan serangan pertama di wilayah perbatasan Rusia menggunakan misil yang disuplai oleh Barat. Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga memperbarui doktrin nuklirnya, yang memperluas kondisi penggunaan senjata nuklir. Hal ini membuat pasar menjadi lebih bergejolak, meskipun beberapa investor memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut.
Baca juga: Saham Tertekan karena Keresahan Perdagangan Memicu Pembicaraan 'Trump Put': Ringkasan Pasar
Di sisi lain, aset tradisional yang dianggap aman seperti yen Jepang, franc Swiss, dan emas mengalami kenaikan. Bitcoin juga kembali mendekati rekor tertingginya, melampaui Rp 1.50 miliar ($91,000) , didorong oleh perkembangan positif dalam industri aset digital. Sementara itu, harga minyak mengalami penurunan setelah salah satu ladang minyak terbesar di Eropa kembali beroperasi setelah pemadaman listrik. Para trader juga membahas kemungkinan penunjukan menteri keuangan oleh Trump yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi di AS.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang menyebabkan penurunan saham di Eropa?A
Penurunan saham di Eropa disebabkan oleh kekhawatiran atas eskalasi terbaru dalam perang Rusia melawan Ukraina.Q
Siapa yang mengubah doktrin nuklir Rusia?A
Vladimir Putin adalah yang mengubah doktrin nuklir Rusia, memperluas kondisi penggunaan senjata nuklir.Q
Apa yang terjadi dengan Bitcoin baru-baru ini?A
Bitcoin baru-baru ini naik di atas $91,000, mendekati rekor tertinggi.Q
Apa reaksi pasar terhadap ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina?A
Reaksi pasar menunjukkan ketegangan yang meningkat, dengan beberapa investor berada dalam mode menunggu dan melihat.Q
Apa yang sedang dibahas terkait posisi menteri keuangan di pemerintahan AS?A
Ada pembicaraan tentang pencalonan Kevin Warsh sebagai menteri keuangan dan Scott Bessent sebagai direktur Dewan Ekonomi Nasional.