Courtesy of Forbes
Generative AI sedang mengubah masa depan, termasuk dalam geopolitik, dan di pusat perubahan ini adalah chip silikon yang diproduksi dengan teknologi transistor. Namun, ada masalah dalam produksi chip, terutama dari Nvidia, yang dapat memperlambat adopsi AI. Untuk mengatasi hal ini, banyak usaha dilakukan untuk mengembangkan chip baru dan lebih baik. Pendiri OpenAI, Sam Altman, sedang mengumpulkan dana untuk membangun pabrik chip, sementara pemerintah AS menginvestasikan Rp 866.65 triliun ($52,7 miliar) untuk penelitian chip. Perusahaan seperti TSMC dan Intel juga berinvestasi besar-besaran di fasilitas baru di AS, menunjukkan pentingnya chip dalam inovasi dan kekuatan ekonomi.
Baca juga: Penelitian China tentang chip komputer generasi berikutnya dua kali lipat dari output AS.
Saat ini, pembuat chip sedang merancang chip khusus dengan arsitektur baru untuk memenuhi permintaan komputasi yang semakin tinggi. Chip seperti GPU dan ASIC dirancang untuk mempercepat tugas tertentu, mirip dengan memperlebar jalan untuk memperlancar lalu lintas. Selain itu, ada fokus pada komputasi edge, di mana pemrosesan data dilakukan lebih dekat ke sumbernya untuk mengurangi latensi. Inovasi dalam desain chip sangat penting untuk kemajuan di berbagai industri, dan negara-negara yang berinvestasi dalam produksi chip akan memiliki kekuatan dalam ekonomi AI global.