Rangkuman Berita - Biden dan Xi sepakat untuk menjaga AI agar tidak terlibat dalam pengambilan keputusan senjata nuklir.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping bertemu di Lima, Peru untuk membahas berbagai topik penting, termasuk senjata nuklir dan kecerdasan buatan (AI). Salah satu kesepakatan utama yang dicapai adalah bahwa keputusan untuk menggunakan senjata nuklir harus tetap di tangan manusia, bukan AI. Mereka juga membahas risiko yang terkait dengan pengembangan teknologi AI untuk militer dan pentingnya kerjasama internasional untuk memastikan keamanan AI. Pertemuan ini dianggap sebagai langkah awal untuk mengurangi risiko strategis jangka panjang antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir.

Selain itu, mereka juga membahas isu-isu lain seperti perang Rusia-Ukraina, situasi di Taiwan, dan serangan siber yang dilakukan oleh China. Biden menekankan pentingnya dialog untuk menyelesaikan perbedaan dan meminta Jinping untuk menghentikan aktivitas militer di sekitar Taiwan. Biden juga mengapresiasi langkah-langkah yang diambil China dalam memerangi narkoba. Pertemuan ini mungkin menjadi pertemuan tatap muka terakhir antara kedua pemimpin sebelum Donald Trump menjabat sebagai presiden baru.

Rangkuman Berita: Biden dan Xi sepakat untuk menjaga AI agar tidak terlibat dalam pengambilan keputusan senjata nuklir.

Rangkuman Berita Serupa

AS Vs China: DeepSeek, Bitcoin Dan Permainan Kekuasaan yang Membentuk Perdagangan Global

Trump melakukan panggilan dengan Xi dari China mengenai TikTok dan perdagangan.

Mengapa 'Mengalahkan China' dalam AI Membawa Risikonya Sendiri

CEO Nvidia akan mengunjungi China di tengah penyelidikan antimonopoli dan pembatasan AI AS. Pengungsi TikTok yang mengaku menemukan aplikasi China baru, menjadikannya No 1 di AS. AS membatasi penjualan chip AI ke China dan negara lainnya, sementara Nvidia mengecam 'campur tangan yang berlebihan'.

AS dan China menandatangani pakta sains baru — tetapi dengan pembatasan yang ketat.

Xi China mengatakan kepada KTT G20 bahwa AI seharusnya tidak menjadi 'permainan negara kaya,' lapor Xinhua.