Courtesy of YahooFinance
Inflasi telah menjadi masalah besar dalam ekonomi selama tiga tahun terakhir, meningkat dari 1,4% saat Presiden Biden menjabat pada tahun 2021 menjadi 9% dalam waktu 18 bulan. Meskipun Federal Reserve berhasil menurunkan inflasi menjadi 2,4% pada bulan September, data terbaru menunjukkan bahwa inflasi kembali naik menjadi 2,6% pada bulan Oktober. Kenaikan ini tidak disebabkan oleh faktor sementara, tetapi mencakup banyak kategori barang dan jasa penting seperti makanan, energi, dan sewa. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa inflasi mungkin akan kembali meningkat, terutama dengan rencana kebijakan Presiden terpilih Donald Trump yang dapat memicu inflasi lebih lanjut.
Trump berencana untuk menerapkan tarif baru pada barang impor dan melakukan deportasi massal terhadap imigran tanpa dokumen, yang dapat meningkatkan biaya barang dan mengurangi tenaga kerja. Selain itu, rencananya untuk memotong pajak juga dapat meningkatkan pengeluaran dan permintaan, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga. Meskipun pasar saham menunjukkan optimisme, pasar obligasi menunjukkan kekhawatiran akan inflasi yang meningkat, yang dapat mempengaruhi biaya pinjaman bagi konsumen. Jika inflasi kembali meningkat, Trump mungkin menghadapi tantangan politik yang sama seperti yang dialami Biden, karena konsumen yang merasa terbebani oleh inflasi dapat mengalihkan ketidakpuasan mereka kepadanya.