Courtesy of Forbes
Kecerdasan buatan (AI) telah lama dianggap sebagai kekuatan yang dapat mengubah dunia medis, tetapi banyak proyek sebelumnya, seperti MYCIN dan IBM Watson, tidak berhasil memenuhi harapan. MYCIN, yang dikembangkan pada tahun 1970-an, tidak dapat menangani kasus yang kompleks karena bergantung pada aturan yang kaku. Begitu juga dengan Watson, yang meskipun memiliki kemampuan komputasi yang besar, tidak dapat memberikan rekomendasi yang andal karena data yang tidak konsisten. Saat ini, para pemimpin di bidang kesehatan dan teknologi mempertanyakan apakah alat AI terbaru akan berhasil atau hanya menjadi catatan sejarah.
Namun, ada harapan bahwa AI dapat membantu dalam beberapa aspek medis, seperti dalam penelitian protein dan interaksi obat. Contohnya, AlphaFold2 dari Google DeepMind berhasil memprediksi struktur protein dalam waktu singkat, yang sebelumnya memakan waktu bertahun-tahun. Meskipun AI dapat membantu dalam mengatasi beberapa masalah kesehatan, tantangan tetap ada, terutama dalam hal perilaku manusia dan batasan biologis. Meskipun AI dapat memberikan wawasan dan rekomendasi, manusia tetap memiliki kebiasaan yang sulit diubah, dan faktor biologis seperti penuaan akan selalu menjadi batasan. Oleh karena itu, penting untuk tetap realistis tentang apa yang dapat dicapai oleh AI dalam dunia medis.