Courtesy of Reuters
Delta Airlines menggugat perusahaan keamanan siber CrowdStrike setelah terjadi gangguan besar pada bulan Juli yang menyebabkan pembatalan 7.000 penerbangan dan mengganggu rencana perjalanan 1,3 juta penumpang. Delta menyebut pembaruan perangkat lunak yang salah dari CrowdStrike sebagai penyebab utama yang mengakibatkan kerugian lebih dari Rp 8.22 triliun ($500 juta) . Mereka berpendapat bahwa pembaruan tersebut tidak diuji dengan baik dan mengakibatkan banyak komputer di seluruh dunia, termasuk yang digunakan oleh Delta, mengalami kerusakan.
CrowdStrike membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa Delta seharusnya bertanggung jawab atas masalah yang dihadapinya karena tidak memperbarui sistem IT mereka. Perusahaan tersebut juga menyatakan bahwa klaim Delta didasarkan pada informasi yang salah dan menunjukkan kurangnya pemahaman tentang cara kerja keamanan siber modern. Insiden ini sedang diselidiki oleh Departemen Transportasi AS, dan CrowdStrike telah meminta maaf atas kesalahan tersebut, berjanji untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.