Courtesy of YahooFinance
Jepang sedang menghadapi tantangan dalam memperbarui kontrak jangka panjang untuk gas alam cair (LNG) dari proyek Sakhalin-2 di Rusia, yang akan berakhir antara tahun 2026 dan 2033. Meskipun Jepang adalah pembeli LNG terbesar kedua di dunia dan mengandalkan Rusia untuk 9% pasokan LNG-nya, tekanan geopolitik akibat perang di Ukraina membuat Jepang mempertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Selain itu, Jepang berencana untuk beralih ke energi yang lebih bersih, dengan target gas menyumbang 20% dari pembangkit listrik pada tahun 2030, turun dari 33% tahun lalu.
Sementara itu, produsen LNG dari negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia melihat peluang untuk mengisi kekosongan pasokan yang ditinggalkan oleh Rusia. Mereka berusaha menawarkan kontrak baru kepada Jepang, yang kini lebih memilih sumber energi yang lebih aman dan berkelanjutan. Meskipun ada ketidakpastian mengenai kontrak baru dengan Rusia, Jepang tetap berusaha menjaga keamanan energi sambil mempertimbangkan harga dan kebutuhan pasokan gas untuk konsumennya.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang terjadi dengan kontrak LNG Jepang dari proyek Sakhalin-2?A
Kontrak LNG Jepang dari proyek Sakhalin-2 akan segera berakhir antara tahun 2026 dan 2033.Q
Mengapa Jepang mempertimbangkan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan Rusia?A
Jepang mempertimbangkan untuk tidak memperpanjang kontrak karena tekanan geopolitik dan penurunan permintaan gas.Q
Apa dampak dari invasi Rusia ke Ukraina terhadap pasokan LNG Jepang?A
Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan Jepang meningkatkan ketergantungan pada pemasok LNG dari negara sekutu seperti AS dan Australia.Q
Siapa saja perusahaan Jepang yang terlibat dalam proyek Sakhalin-2?A
Perusahaan Jepang yang terlibat dalam proyek Sakhalin-2 adalah Mitsui dan Mitsubishi.Q
Apa yang diharapkan Jepang terkait dengan energi terbarukan di masa depan?A
Jepang berharap untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan menjadi 38% dari total pembangkit listrik pada tahun 2030.