Dampak Pemotongan Dana AS terhadap Kesiapan Pandemi dan Kesehatan Global
Courtesy of Forbes

Dampak Pemotongan Dana AS terhadap Kesiapan Pandemi dan Kesehatan Global

Mengungkap bagaimana pemotongan dana dan isolasi AS melemahkan kesiapan pandemi dan kesehatan global, serta menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam penanggulangan penyakit dan inovasi medis.

23 Nov 2025, 00.32 WIB
273 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Pemotongan pendanaan kesehatan global dapat mengancam persiapan pandemi dan respons terhadap wabah.
  • Kolaborasi internasional dalam kesehatan sangat penting untuk mencegah dan mengatasi penyakit menular.
  • Kekurangan investasi dalam kesehatan masyarakat dan penelitian dapat menyebabkan hilangnya generasi ilmuwan kesehatan yang berpotensi.
Toronto , Kanada - Pertemuan American Society of Tropical Medicine and Hygiene tahun ini menunjukkan bagaimana pemotongan dana dan kebijakan baru dari pemerintahan Trump memperburuk kesiapan pandemi dan kesehatan global. Pengurangan dana pada badan seperti USAID dan keputusan keluar dari WHO menyebabkan penurunan kehadiran peserta konferensi, terutama dari pihak pemerintah AS dan siswa internasional yang terganggu oleh masalah visa dan rasa tidak aman.
Para ahli seperti Wafaa El-Sadr menyoroti ketimpangan akses obat HIV antara negara dengan prevalensi tinggi yang kekurangan obat dan negara dengan prevalensi rendah yang malah mendapatkan akses luas. Program PEPFAR yang menghabiskan dana 12 miliar dolar per tahun dianggap sukses besar menyelamatkan jutaan nyawa, namun dana tersebut sangat kecil dibandingkan anggaran militer yang jauh lebih besar.
Diskusi juga mengungkap bahwa pemotongan dana pada CDC, NIH, dan BARDA berdampak langsung pada hilangnya banyak proyek riset penting, termasuk vaksin dan pengobatan yang berpotensi menyelamatkan jutaan orang. Kehilangan ilmuwan muda dan pergantian pejabat dengan politisi memperlemah kapasitas teknis badan kesehatan utama AS.
Selain dampak langsung pada riset dan respon pandemi, pengurangan dana ini melemahkan posisi diplomasi kesehatan AS di dunia. Program-program sukses yang menggabungkan bantuan kemanusiaan dan stabilisasi keamanan dari masa lalu kini terancam, sementara China terus memperluas pengaruhnya lewat inisiatif kesehatan dan ekonomi di wilayah Afrika.
Para mantan pejabat tinggi CDC dan pakar kesehatan menegaskan bahwa tanpa perbaikan kebijakan dan pendanaan, AS akan menghadapi kerugian besar dalam pengendalian wabah di masa mendatang dan kehilangan reputasi sebagai pemimpin dunia dalam bidang kesehatan. Mereka memperingatkan bahwa kesiapsiagaan terhadap penyakit menular harus menjadi prioritas berkelanjutan yang tidak boleh diabaikan.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/judystone/2025/11/22/reminders-of-what-our-losses-from-cdc-and-usaid-mean/

Analisis Ahli

Daniel Jernigan
"Pemotongan anggaran dan micromanagement di CDC telah menimbulkan kemunduran besar dalam respons cepat terhadap wabah, melemahkan kemampuan agensi secara kritis."
Wafaa El-Sadr
"Kesenjangan akses pengobatan di antara negara-negara berpenduduk tinggi dan rendah menunjukkan kebutuhan mendesak untuk pemulihan dan penguatan program global seperti PEPFAR."
Sten Vermund
"Pendanaan global kesehatan bukan hanya masalah kemanusiaan, tapi juga soal stabilitas keamanan nasional dan mencegah penyakit masuk ke AS melalui kerjasama internasional."
Melinda Rostal
"Kurangnya lowongan dan pemotongan tenaga ahli kesehatan global akan menciptakan krisis tenaga kerja yang berujung pada penurunan kualitas pelayanan kesehatan secara signifikan."

Analisis Kami

"Pemotongan dana dan pengabaian terhadap kesehatan global adalah kesalahan strategis besar yang mengancam keselamatan rakyat AS sendiri dan rakyat di seluruh dunia. Tanpa investasi yang berkelanjutan dan keterlibatan aktif dalam kemitraan internasional, Amerika Serikat akan semakin tertinggal dalam perlombaan inovasi kesehatan dan respon pandemi global."

Prediksi Kami

Jika tren pemotongan anggaran dan isolasi ini berlanjut, Amerika Serikat akan menghadapi krisis kesiapan pandemi yang lebih parah dan kehilangan posisi dominan dalam kolaborasi kesehatan global, yang berpotensi memperburuk penanganan wabah di masa depan.