Haruskah Terapis Langsung Gunakan AI yang Dipakai Klien dalam Terapi Mental?
Courtesy of Forbes

Haruskah Terapis Langsung Gunakan AI yang Dipakai Klien dalam Terapi Mental?

Mengeksplorasi apakah terapis harus langsung menggunakan AI yang dipakai klien dalam sesi terapi dan implikasi etis, hukum, serta praktis dari tren ini agar terapis dapat membuat keputusan yang bijak tentang integrasi AI dalam praktik mereka.

14 Nov 2025, 15.15 WIB
289 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Interaksi antara terapis, klien, dan AI harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari risiko besar.
  • Terapis perlu bersiap untuk beradaptasi dengan penggunaan AI dalam terapi untuk menjaga relevansi praktik mereka.
  • Pendekatan terbaik adalah terapis yang memperkenalkan AI kepada klien, bukan sebaliknya.
tidak spesifik , Amerika Serikat - Di era AI yang terus berkembang, semakin banyak orang yang menggunakan chatbot AI generatif untuk mendapatkan panduan kesehatan mental. Mereka sering membawa saran dari AI ini ke dalam sesi terapi mereka dengan terapis manusia. Namun, muncul tren baru: klien ingin agar terapis langsung mengakses dan berinteraksi dengan AI tersebut, bukan hanya menerima laporan lewat klien.
Berinteraksi langsung dengan AI yang dipakai klien menimbulkan banyak masalah. Terapis mungkin tidak tahu apakah informasi yang diberikan klien benar-benar dari AI atau justru rekayasa klien sendiri. Selain itu, berbagai pertanyaan muncul tentang bagaimana menjaga privasi dan kerahasiaan klien ketika terapis mengakses akun AI klien yang mungkin menyimpan informasi sensitif di luar konteks terapi.
Ada risiko hukum yang signifikan karena banyak layanan AI tidak tunduk pada aturan kerahasiaan medis seperti HIPAA. Selain itu, penerapan akun bersama untuk terapis dan klien mungkin melanggar syarat penggunaan AI itu sendiri. Jika terapis terlibat terlalu dalam dengan AI yang bukan milik mereka, bisa terjadi kebingungan peran dan tanggung jawab dalam proses terapi.
Solusi yang diusulkan adalah terapis menyediakan AI yang mereka kendalikan sendiri, sehingga semua interaksi AI-klien berada di bawah pengawasan profesional. Ini mengurangi risiko dan memungkinkan terapis memberikan bimbingan AI yang lebih tepat sasaran. Terapis yang menolak membahas AI juga mungkin kehilangan klien karena klien merasa AI sudah jadi bagian tidak terhindarkan dari proses kesehatan mental.
Secara keseluruhan, AI adalah alat yang potensial namun harus digunakan dengan hati-hati agar tidak mengancam integritas terapi. Terapis harus belajar dan menyesuaikan diri dengan tren ini sambil tetap menjaga prinsip utama yaitu "pertama, jangan menyakiti" agar upaya terapi tetap efektif dan aman.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/lanceeliot/2025/11/14/asking-your-therapist-to-confer-with-the-ai-chatbot-thats-giving-you-off-the-cuff-mental-health-advice/

Analisis Ahli

Dr. Sherry Turkle
"Interaksi terapetik harus tetap manusiawi dan personal; terlalu mengandalkan AI dapat memecah keintiman yang dibutuhkan dalam hubungan terapis-klien."
Dr. Daniel Siegel
"AI bisa menjadi alat bantu yang berguna jika digunakan dengan kehati-hatian dan transparansi penuh dalam proses terapi."
Dr. Bimal Roy
"Masalah privasi dan keamanan data adalah tantangan besar yang harus segera diatasi sebelum AI dapat menjadi bagian integratif dalam layanan kesehatan mental."

Analisis Kami

"Mengizinkan terapis mengakses AI milik klien tanpa pengaturan jelas membuka risiko besar, khususnya terkait privasi dan tanggung jawab profesional, yang dapat merusak kepercayaan dalam terapi. Lebih bijak jika terapis memimpin penggunaan AI dengan sistem yang mereka kontrol agar proses terapi tetap terfokus dan aman."

Prediksi Kami

Di masa depan, regulasi dan regulasi ketat akan muncul untuk mengatur penggunaan AI dalam terapi, dan praktik terapi akan semakin mengintegrasikan AI yang dikontrol terapis untuk menjaga etika dan privasi.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa tren baru yang muncul dalam terapi kesehatan mental terkait dengan AI?
A
Klien semakin meminta terapis untuk berinteraksi langsung dengan AI yang mereka gunakan untuk mendapatkan saran kesehatan mental.
Q
Mengapa ada kekhawatiran tentang saran yang diberikan oleh AI?
A
AI dapat memberikan saran yang tidak sesuai atau bahkan berbahaya, dan ada risiko klien salah menginterpretasikan nasihat tersebut.
Q
Apa saja risiko yang dihadapi terapis ketika mencoba berinteraksi langsung dengan AI yang digunakan klien?
A
Risiko termasuk pelanggaran privasi, potensi ketergantungan klien pada AI, dan tanggung jawab terapis terhadap saran yang diberikan oleh AI.
Q
Mengapa penting bagi terapis untuk mempertimbangkan aspek privasi saat menggunakan AI?
A
Penting agar terapis tidak melanggar kerahasiaan klien dan memahami bahwa penggunaan AI tidak dilindungi oleh undang-undang privasi seperti HIPAA.
Q
Apa rekomendasi penulis mengenai penggunaan AI dalam terapi?
A
Penulis merekomendasikan agar terapis mengatur AI yang digunakan klien daripada menggunakan AI yang disediakan oleh klien.