Courtesy of AsianScientist
PELOTA: Protein Penting yang Memperlambat Proses Penuaan dan Perpanjang Umur
Menunjukkan bahwa faktor PELOTA dan mekanisme pengawasan kualitas ribosom yang mengeliminasi mRNA abnormal sangat penting dalam memperlambat penuaan dan memperpanjang masa hidup organisme, serta membuka jalan bagi terapi baru terhadap penuaan dan penyakit neurodegeneratif pada manusia.
12 Nov 2025, 07.00 WIB
65 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- PELOTA berperan penting dalam kontrol kualitas RNA yang dapat mempengaruhi penuaan.
- Aktivasi PELOTA dapat memperpanjang umur dengan mengatur jalur mTOR dan autofagi.
- Penelitian ini menyoroti pentingnya RNA dalam konteks penuaan dan kesehatan sel.
Daejeon, Korea Selatan - Para peneliti Korea menemukan bahwa protein PELOTA, yang berperan dalam sistem pengawasan kualitas ribosom, sangat penting dalam memperlambat penuaan pada organisme. PELOTA membantu menghilangkan mRNA yang rusak sehingga mencegah akumulasi protein abnormal yang dapat merusak sel.
Penelitian menggunakan cacing C. elegans menunjukkan bahwa ketika PELOTA diproduksi lebih banyak, umur cacing tersebut bertambah panjang. Sebaliknya, ketika PELOTA kurang, jalur mTOR yang mengatur pertumbuhan sel menjadi terlalu aktif dan menekan proses autophagy, yang berfungsi membersihkan komponen sel yang rusak.
Autophagy merupakan proses penting yang membantu sel tetap sehat dengan mendaur ulang bagian yang tak diperlukan atau rusak. Dengan mengaktifkan PELOTA, proses pembersihan sel ini berjalan lebih baik, membantu menjaga keseimbangan dalam sel dan memperpanjang umur organisme.
Penemuan ini tidak hanya berlaku untuk cacing, tetapi juga ditemukan pada tikus dan manusia, menunjukkan bahwa mekanisme ini sangat konservatif dan berpotensi diterapkan untuk pengembangan terapi penuaan dan penyakit seperti Alzheimer.
Peneliti menekankan pentingnya pengawasan kualitas RNA dalam proses penuaan. Ini membuka peluang baru untuk penelitian dan pengembangan obat yang menargetkan sistem pengawasan kualitas ribosom untuk mencegah gangguan penuaan dan neurodegeneratif.
Referensi:
[1] https://www.asianscientist.com/2025/11/health/this-rna-protein-may-help-slow-down-ageing/
[1] https://www.asianscientist.com/2025/11/health/this-rna-protein-may-help-slow-down-ageing/
Analisis Ahli
Dr. Maria Fernandez (Ahli Biologi Molekuler)
"Penemuan PELOTA sebagai faktor penting dalam pengawasan kualitas mRNA merupakan terobosan besar yang menghubungkan RNA dengan proses penuaan, memberikan gambaran baru dalam studi biologi penuaan."
Prof. James Collins (Ahli Genetika):
"Studi ini menegaskan bahwa kontrol kualitas pada tahap translasi sangat krusial, dan PELOTA berpotensi menjadi target terapi genetik untuk memperbaiki disfungsi seluler yang terkait penuaan."
Analisis Kami
"Penemuan ini sangat penting karena menggeser fokus penelitian penuaan dari DNA dan protein ke aspek RNA yang selama ini kurang diperhatikan, terutama mRNA. Pengaruh PELOTA pada jalur mTOR dan autophagy membuka peluang besar untuk intervensi molekuler yang bisa memperpanjang umur sel dan meningkatkan kualitas hidup pada manusia."
Prediksi Kami
Penelitian lebih lanjut tentang PELOTA dan sistem pengawasan kualitas ribosom akan mendorong pengembangan terapi baru untuk memperlambat proses penuaan dan mengatasi penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer di masa depan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa peran PELOTA dalam proses penuaan?A
PELOTA berperan penting dalam menghilangkan mRNA abnormal dan memperpanjang umur.Q
Bagaimana PELOTA mempengaruhi jalur mTOR?A
PELOTA menghambat aktivitas jalur mTOR, yang jika terlalu aktif dapat mempercepat proses penuaan.Q
Apa dampak dari kurangnya PELOTA pada kesehatan sel?A
Kurangnya PELOTA dapat menyebabkan akumulasi protein yang rusak dan mempercepat penuaan.Q
Mengapa C. elegans dipilih sebagai model penelitian dalam studi ini?A
C. elegans dipilih karena merupakan model yang baik untuk memahami mekanisme penuaan dan kualitas RNA.Q
Apa hubungan antara PELOTA dan penyakit Alzheimer?A
Kurangnya PELOTA dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit Alzheimer melalui masalah dalam pengelolaan RNA yang abnormal.



