Penelitian Baru Tegaskan Alam Semesta Bukan Simulasi Komputer Supercanggih
Courtesy of CNBCIndonesia

Penelitian Baru Tegaskan Alam Semesta Bukan Simulasi Komputer Supercanggih

Membuktikan secara ilmiah bahwa alam semesta bukanlah hasil simulasi komputer, melainkan memiliki realitas non-algoritmik yang tidak dapat dijelaskan atau direplikasi oleh komputasi apa pun, sehingga menolak teori simulasi alam semesta.

10 Nov 2025, 20.30 WIB
130 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Alam semesta tidak dapat disimulasikan oleh komputer.
  • Realitas memiliki sifat non-algoritmik yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dengan komputasi.
  • Penelitian ini menunjukkan perlunya pemahaman lebih dalam mengenai hukum-hukum fisika dan informasi.
Jakarta, Indonesia - Penelitian dari UBC Okanagan mengungkap bahwa alam semesta yang kita huni tidak mungkin merupakan sebuah simulasi komputer canggih, bertentangan dengan teori populer seperti yang digambarkan di film The Matrix. Tim peneliti, dipimpin oleh Mir Faizal dan berkolaborasi dengan Lawrence M. Krauss serta lainnya, menerbitkan hasil ini dalam jurnal akademik yang membahas aplikasi holografi dalam fisika.
Mereka menitikberatkan pada pemahaman realitas yang berkembang dalam fisika modern, terutama setelah konsep klasik Newton dan relativitas Einstein. Selain itu, mekanika kuantum menunjukkan bahwa ruang dan waktu bukanlah entitas fundamental, melainkan muncul dari informasi yang bersifat platonis dan matematis, yang berada di luar jangkauan algoritma komputasi biasa.
Penelitian ini menggunakan teorema ketidaklengkapan Godelian untuk menunjukkan bahwa tidak ada teori komputasi yang mampu secara sempurna menggambarkan realitas fisik. Realitas alam semesta mengandung elemen non-algoritmik yang tidak dapat direpresentasikan atau disimulasikan oleh komputer apapun, sehingga membantah kemungkinan alam semesta hanya sebuah simulasi digital.
Mir Faizal menerangkan bahwa semua simulasi harus mengikuti aturan algoritmik yang sudah diprogram sebelumnya, sementara realitas kita justru menunjukkan sifat yang melampaui aturan tersebut. Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan simulasi semacam itu tidak akan pernah berhasil karena realitas bersifat lebih fundamental dan non-algoritmik.
Pemahaman ini memberikan perspektif baru dalam fisika teori dan filsafat tentang keberadaan dan sifat realitas, dan dapat mempengaruhi arah penelitian selanjutnya dalam bidang gravitasi kuantum dan teori informasi. Ini juga menantang pandangan populer yang kerap membayangkan alam semesta sebagai hasil simulasi digital, mengajak kita merenungkan hakikat eksistensi yang lebih kompleks.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251110150024-37-683896/teori-dunia-the-matrix-salah-total-dibuktikan-ilmuwan

Analisis Ahli

Lawrence M. Krauss
"Konsep bahwa alam semesta tidak bisa disimulasikan menantang hipotesis simulasi populer dan menunjukkan bahwa pemahaman kita tentang realitas perlu memperhitungkan aspek non-komputasional yang lebih kompleks."

Analisis Kami

"Penelitian ini mengangkat isu mendasar tentang keterbatasan komputasi dalam memahami realitas, yang membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut di bidang gravitasi kuantum dan teori informasi fundamental. Saya melihat ini sebagai langkah maju yang menantang pandangan populer tentang alam semesta digital, sekaligus memperdalam dialog antara fisika teoretis dan filsafat matematika."

Prediksi Kami

Penemuan ini akan mendorong pengembangan teori fisika yang lebih mendalam dan membuka perspektif baru mengenai realitas yang tidak bergantung pada komputasi atau simulasi, sekaligus memperkuat pemikiran bahwa realitas fisik harus dipahami di luar pendekatan algoritmik.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa fokus utama penelitian yang dilakukan oleh Mir Faizal dan tim?
A
Fokus utama penelitian adalah untuk menunjukkan bahwa alam semesta tidak dapat menjadi simulasi dari sebuah komputer.
Q
Mengapa alam semesta tidak dapat disimulasikan menurut penelitian ini?
A
Alam semesta tidak dapat disimulasikan karena realitas memiliki pemahaman non-algoritmik yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh teori komputasi.
Q
Apa peran dari teorema ketidaklengkapan Godelian dalam penelitian ini?
A
Teorema ketidaklengkapan Godelian membantu membuktikan bahwa ada aspek realitas yang tidak dapat dijelaskan oleh komputasi.
Q
Siapa saja kolaborator yang terlibat dalam penelitian ini?
A
Kolaborator yang terlibat dalam penelitian ini antara lain Lawrence M. Krauss, Arshid Shabir, dan Francesco Marino.
Q
Apa yang dimaksud dengan pemahaman non-algoritmik dalam konteks realitas?
A
Pemahaman non-algoritmik berarti bahwa aspek dasar dari realitas tidak mengikuti aturan yang dapat diprogram sebelumnya.