Bursa Saham Asia Perketat Pengawasan Perusahaan Penyimpan Kripto di Neraca
Courtesy of YahooFinance

Bursa Saham Asia Perketat Pengawasan Perusahaan Penyimpan Kripto di Neraca

Memberikan informasi tentang pengetatan regulasi terhadap perusahaan yang memanfaatkan aset kripto sebagai treasury digital di bursa Asia, serta menyoroti perbedaan sikap regulasi antar negara yang berdampak signifikan bagi investor dan pasar modal regional.

22 Okt 2025, 17.32 WIB
73 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Bursa saham di Asia memperketat pengawasan terhadap perusahaan dengan model treasury aset digital.
  • Jepang adalah satu-satunya negara di Asia yang mendukung perusahaan yang memegang Bitcoin di neraca mereka.
  • Kekhawatiran terhadap risiko fluktuasi pasar dan manipulasi menjadi alasan utama di balik pengawasan yang lebih ketat.
Hong Kong, Hong Kong; Sydney, Australia; Mumbai, India; Tokyo, Jepang - Beberapa bursa saham terbesar di Asia, seperti Hong Kong, Australia, dan India, mulai memperketat aturan untuk perusahaan yang ingin mencatatkan saham mereka dengan model treasury digital yang menggunakan aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Langkah ini diambil karena meningkatnya kekhawatiran regulator terhadap volatilitas pasar dan potensi manipulasi yang dapat merugikan investor.
Di Hong Kong, bursa menolak beberapa aplikasi perusahaan yang ingin menggunakan strategi Digital Asset Treasury (DAT) dengan alasan bahwa perusahaan yang banyak memegang aset likuid termasuk kripto dilarang, karena dianggap berisiko dan dapat mengganggu transparansi laporan keuangan. Australia dan India mengambil langkah serupa dengan memperingatkan agar komite listing menolak atau menunda perusahaan yang mengandalkan nilai kripto yang sangat fluktuatif.
Fenomena ini mencuat setelah kasus QMMM Holdings di Hong Kong yang sahamnya melonjak hingga 1.400% dalam sehari setelah pengumuman treasury kripto, kemudian perusahaan tersebut menghilang hanya dalam beberapa minggu. Kerugian signifikan juga dialami oleh investor ritel di Asia, dengan laporan menyebutkan total kerugian mencapai 17 miliar dolar dalam perdagangan terkait DAT.
Namun, Jepang menjadi pengecualian dengan membiarkan 14 perusahaan terdaftar yang memiliki Bitcoin di neraca mereka, termasuk Metaplanet dengan aset Bitcoin senilai lebih dari 3,3 miliar dolar. Regulasi Jepang menuntut transparansi penuh sehingga inovasi tetap didorong meski dengan pengawasan ketat, menjadikan pasar Jepang sebagai tempat aman bagi perusahaan yang ingin mengadopsi aset kripto secara korporasi.
Meskipun demikian, pakar dan indeks saham global seperti MSCI memperingatkan bahwa perusahaan dengan aset kripto besar mungkin akan menghadapi risiko dikeluarkan dari indeks, sehingga akses mereka ke modal institusional bisa berkurang. Ini menempatkan perusahaan-perusahaan DAT di Asia dalam posisi yang harus menyeimbangkan antara potensi pertumbuhan dan kepatuhan regulasi yang ketat.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/asia-top-stock-exchanges-crack-103215739.html

Analisis Ahli

Andreas M. Antonopoulos
"Regulasi yang ketat memang perlu untuk melindungi investor, tetapi harus tetap mendorong inovasi agar perusahaan bisa memanfaatkan potensi aset digital tanpa risiko berlebihan."
Meltem Demirors
"Perusahaan yang menggunakan aset kripto dalam neraca mereka harus menghadapi transparansi tinggi dan tata kelola yang kuat agar investasi ini tidak berubah menjadi spekulasi berbahaya."

Analisis Kami

"Pengawasan ketat yang diterapkan oleh bursa saham Asia merupakan langkah logis mengingat risiko manipulasi dan volatilitas ekstrim yang melekat pada aset kripto. Kendati Jepang mencoba menyeimbangkan inovasi dan transparansi, regulasi global yang lebih harmonis akan dibutuhkan untuk menjaga kestabilan pasar tanpa menghalangi kemajuan teknologi."

Prediksi Kami

Dengan meningkatnya kekhawatiran regulator di Asia, kemungkinan besar lebih banyak negara akan memperketat aturan terkait perusahaan dengan aset kripto di neraca mereka, yang dapat memperlambat pertumbuhan fenomena DAT dan mempengaruhi dinamika investasi kripto di pasar modal.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dilakukan bursa saham di Hong Kong, Australia, dan India terkait perusahaan aset digital?
A
Bursa saham di Hong Kong, Australia, dan India memperketat peraturan dan menolak aplikasi dari perusahaan yang ingin terdaftar dengan model treasury aset digital.
Q
Mengapa regulator khawatir tentang perusahaan yang berfokus pada treasury aset digital?
A
Regulator khawatir bahwa model ini dapat mengekspos investor pada fluktuasi pasar yang liar dan membuka pintu untuk manipulasi.
Q
Apa contoh perusahaan yang gagal setelah mengumumkan aset digital mereka?
A
Contoh perusahaan yang gagal adalah QMMM Holdings, yang menghilang setelah lonjakan harga saham yang drastis setelah pengumuman treasury aset digital.
Q
Mengapa Jepang dianggap sebagai pengecualian dalam pendekatan terhadap aset digital?
A
Jepang dianggap sebagai pengecualian karena mereka memiliki sejumlah perusahaan yang terdaftar dengan Bitcoin di neraca mereka dan mendukung transparansi.
Q
Apa dampak dari kepemilikan aset digital terhadap perusahaan di bursa saham?
A
Kepemilikan aset digital dapat mengakibatkan perusahaan terancam dikeluarkan dari indeks, sehingga membatasi akses ke modal institusional.