Baterai Aliran Berbasis Vitamin dan Gula: Solusi Penyimpanan Energi Ramah Lingkungan
Courtesy of InterestingEngineering

Baterai Aliran Berbasis Vitamin dan Gula: Solusi Penyimpanan Energi Ramah Lingkungan

Mengembangkan sistem penyimpanan energi yang ramah lingkungan, murah, dan aman menggunakan komponen alami seperti vitamin dan gula, sebagai alternatif baterai berbasis logam yang mahal dan sulit didapat.

16 Okt 2025, 07.08 WIB
49 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Baterai berbasis riboflavin dan glukosa menawarkan alternatif yang lebih aman dan terjangkau dibandingkan baterai berbasis logam.
  • Sistem ini dapat menghasilkan listrik dari sumber daya yang dapat diperbaharui dan tidak beracun.
  • Tantangan yang dihadapi termasuk interaksi riboflavin dengan elektrolit dan pengurangan efektivitas akibat cahaya.
Para ilmuwan sedang mencari alternatif baterai ion-lithium yang aman, murah, dan lebih mudah didapat bahan bakunya. Salah satu ide terbaru berasal langsung dari alam dengan menggunakan vitamin dan gula sebagai dasar baterai. Tim peneliti mengembangkan baterai aliran yang menggunakan vitamin B2, atau riboflavin, dan glukosa untuk menghasilkan listrik.
Baterai ini meniru cara tubuh manusia mengubah makanan menjadi energi dengan memanfaatkan enzim dan molekul alami. Riboflavin berperan sebagai penghubung elektron di dalam baterai, mirip fungsinya di dalam metabolisme tubuh. Glukosa yang digunakan sebagai elektrolit berasal dari tanaman yang mudah diperoleh dan terbarukan.
Sistem ini menggunakan karbon pada elektroda dan menggantikan logam mulia seperti platinum atau emas yang biasa dipakai dalam baterai berbasis glukosa. Dua versi baterai diuji, satu menggunakan potassium ferricyanide dan satu lagi menggunakan oksigen sebagai elektroda positif. Versi potassium ferricyanide menghasilkan daya listrik yang sebanding dengan baterai vanadium komersial.
Namun, versi dengan oksigen, meskipun lebih murah dan mudah diproduksi, mengalami masalah degradasi riboflavin saat terpapar cahaya. Ini menyebabkan penurunan performa dan self-discharge. Tim peneliti berencana memperbaiki interaksi vitamin dengan elektrolit dan menyempurnakan desain baterainya untuk mengatasi masalah ini.
Jika dikembangkan lebih lanjut, baterai berbasis riboflavin dan glukosa ini dapat menjadi solusi penyimpanan energi yang aman, murah, dan mudah didaur ulang. Hal ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga atau perangkat kecil tanpa memerlukan logam beracun dan rantai pasokan yang rumit.
Referensi:
[1] https://interestingengineering.com/energy/glucose-powered-vitamin-b2-battery

Analisis Ahli

Jong-Hwa Shon
"Teknologi ini membuka jalan untuk penyimpanan energi berbasis bio yang murah dan ramah lingkungan, menggantikan logam berat dengan vitamin alami."
Ruozhu Feng
"Baterai aliran berbahan alami ini potensi besar untuk aplikasi rumah tangga dan skala kecil tanpa risiko toksisitas."
Wei Wang
"Penggunaan riboflavin sebagai mediator elektron pada kondisi pH tinggi adalah terobosan penting untuk meningkatkan stabilitas dan efisiensi baterai organik."

Analisis Kami

"Penemuan ini sangat menjanjikan sebagai langkah awal menuju teknologi baterai yang benar-benar ekologis dan terjangkau, meskipun masih perlu penyempurnaan untuk mengatasi degradasi riboflavin. Jika berhasil, ini bisa mengubah paradigma industri penyimpanan energi dengan memanfaatkan bahan alami yang melimpah dan biodegradable."

Prediksi Kami

Dengan pengembangan lebih lanjut, baterai berbasis vitamin dan glukosa berpotensi menjadi solusi penyimpanan energi rumah tangga yang murah, aman, dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada logam beracun dan rantai pasokan yang kompleks.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang menjadi fokus penelitian ini?
A
Fokus penelitian ini adalah mengembangkan baterai aliran yang menggunakan riboflavin dan glukosa sebagai komponen utamanya.
Q
Siapa peneliti utama dalam studi ini?
A
Peneliti utama dalam studi ini adalah Jong-Hwa Shon.
Q
Apa peran riboflavin dalam baterai yang dikembangkan?
A
Riboflavin berfungsi sebagai mediator elektron yang mentransfer elektron antara elektroda dan elektrolit berbasis glukosa.
Q
Mengapa glukosa dipilih sebagai komponen dalam baterai?
A
Glukosa dipilih karena merupakan sumber energi yang terbarukan, stabil, dan tersedia secara luas.
Q
Apa tantangan yang dihadapi tim peneliti dalam pengembangan baterai ini?
A
Tantangan yang dihadapi termasuk sensitivitas cahaya yang dapat merusak riboflavin dan kebutuhan untuk meningkatkan rekayasa sel aliran.