Courtesy of CNBCIndonesia
IMF Waspadai Ledakan Investasi AI Mirip Gelembung Dot-Com Tahun 1990-an
Menginformasikan tentang perkembangan pesat investasi AI dan peringatan IMF terkait potensi koreksi pasar, serta dampaknya terhadap ekonomi global dan inflasi konsumen.
15 Okt 2025, 17.45 WIB
29 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Peluang investasi di sektor kecerdasan buatan sangat besar, namun ada risiko koreksi pasar.
- Dampak positif dari investasi AI dapat meningkatkan inflasi dan permintaan di pasar.
- Perbandingan dengan gelembung dot-com menunjukkan bahwa meskipun ada potensi kerugian, tidak ada tanda-tanda krisis sistemik seperti krisis 2008.
Washington, Amerika Serikat - Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi perhatian utama dunia, dengan investasi besar-besaran yang diperkirakan mencapai USRp 46.05 quadriliun ($2,8 triliun) hingga tahun 2029. Perusahaan teknologi dan negara-negara berlomba membangun infrastruktur untuk mendukung kemajuan AI yang berpotensi menggandakan produktivitas.
Meski potensi AI besar, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa situasi investasi AI saat ini memiliki kemiripan dengan gelembung internet atau dot-com pada akhir 1990-an yang berujung pada koreksi pasar besar. Namun, IMF menegaskan perbedaannya karena investasi AI didanai dengan dana tunai bukan utang.
IMF menjelaskan, koreksi pasar AI bisa saja terjadi dan mempengaruhi harga aset serta sentimen investor, tetapi tidak berpotensi menyebar dan mengguncang sistem keuangan global secara luas seperti krisis 2008. Investasi AI juga masih relatif kecil dibandingkan dengan masa dot-com dulu.
Selain investasi AI, inflasi di Amerika Serikat juga disebabkan oleh berkurangnya imigrasi yang memengaruhi pasokan tenaga kerja serta dampak kebijakan tarif impor yang masih menyerap biaya oleh importir, sehingga harga konsumen tetap mengalami tekanan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sementara itu, meski investasi AI dan konsumsi meningkat, peningkatan produktivitas nyata belum terlihat. Bahkan, sektor non-teknologi mengalami penurunan investasi karena ketidakpastian kebijakan, mengindikasikan bahwa efek positif AI pada ekonomi global masih belum optimal.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251015123957-37-675993/harta-karun-baru-bisa-meledak-pakar-buka-bukaan-dampaknya
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251015123957-37-675993/harta-karun-baru-bisa-meledak-pakar-buka-bukaan-dampaknya
Analisis Ahli
Pierre-Olivier Gourinchas
"Investasi AI mirip dengan gelembung dot-com yang mayoritas menggunakan dana tunai dan oleh karena itu koreksi pasar kemungkinan terjadi tanpa menimbulkan krisis sistemik lebih besar."
Analisis Kami
"Investasi besar dalam AI memang menandai era baru inovasi teknologi, tetapi ekspektasi yang terlalu tinggi tanpa hasil nyata berisiko menimbulkan optimisme berlebihan yang dapat memicu penurunan pasar. Meski begitu, keberadaan dana tunai sebagai sumber investasi memberikan bantalan kuat sehingga potensi guncangan sistemik jauh lebih kecil dibandingkan krisis sebelumnya."
Prediksi Kami
Akan terjadi koreksi pasar di sektor AI yang dapat memengaruhi sentimen investor dan penyesuaian harga aset secara luas, tetapi tidak akan menyebabkan krisis finansial sistemik.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang diperkirakan oleh Citigroup mengenai belanja infrastruktur AI global?A
Citigroup memperkirakan total belanja infrastruktur AI global akan menembus US$2,8 triliun hingga 2029.Q
Siapa kepala ekonom IMF yang memberikan pernyataan mengenai fenomena AI?A
Kepala ekonom IMF yang memberikan pernyataan adalah Pierre-Olivier Gourinchas.Q
Bagaimana fenomena ledakan AI mirip dengan gelembung dot-com?A
Ledakan AI memiliki kemiripan dengan gelembung dot-com karena valuasi saham melonjak tanpa diimbangi dengan pendapatan riil.Q
Apa yang menjadi sumber investasi di sektor AI saat ini?A
Investasi di sektor AI saat ini berasal dari dana tunai perusahaan teknologi besar, bukan dari utang.Q
Mengapa inflasi di AS diperkirakan tidak akan turun ke 2% dalam waktu dekat?A
Inflasi di AS diperkirakan tidak akan turun ke 2% dalam waktu dekat karena permintaan tinggi dan ketidakpastian kebijakan tarif impor.