Courtesy of NatureMagazine
Protein Pembentuk Pori dalam Alergen Picu Batuk dan Bersin dengan Cara Baru
Menjelaskan bagaimana protein pembentuk pori dari alergen memicu reaksi alergi dan membuka kemungkinan baru dalam pengobatan alergi.
31 Jul 2025, 07.00 WIB
197 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Penelitian ini mengungkapkan bahwa protein pembentuk pori dapat memicu reaksi alergi.
- Strategi pengobatan alergi dapat beralih dari menargetkan alergen menjadi menargetkan protein yang menciptakan lubang.
- Penemuan ini membuka pemahaman baru tentang bagaimana sistem imun merespon alergen.
Beijing, China - Penelitian terbaru menemukan bahwa gejala alergi seperti bersin dan batuk dapat dipicu oleh protein yang membentuk lubang di sel saluran pernapasan. Protein ini ditemukan dalam jamur Alternaria alternata, yang umum menyebabkan alergi pada beberapa orang.
Para peneliti di Beijing mengidentifikasi dua protein, Aeg-S dan Aeg-L, yang bekerja sama untuk membuat pori pada membran sel di hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Pori ini memungkinkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan mengaktifkan respon imun tubuh.
Eksperimen di laboratorium menunjukkan bahwa pemberian kedua protein ini secara bersamaan bisa meniru reaksi imun yang dihasilkan oleh jamur lengkap. Namun, pemberian salah satu protein saja tidak menyebabkan reaksi sama.
Uji pada tikus juga memperlihatkan bahwa protein ini dapat memicu reaksi alergi yang mirip dengan alergi pernapasan, termasuk peningkatan antibodi IgE. Jika protein diberikan secara terpisah atau jika tikus terkena jamur tanpa protein ini, reaksi alergi tidak muncul.
Penemuan ini membantu menjelaskan mekanisme umum yang dilewatkan penelitian sebelumnya dalam mempelajari alergi, dan mengarah pada kemungkinan pengobatan baru dengan menargetkan protein pembentuk pori daripada alergen secara langsung.
Referensi:
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-02432-x
[1] https://nature.com/articles/d41586-025-02432-x
Analisis Ahli
Feargal Ryan
"Mekanisme kerusakan sel yang disebabkan oleh protein pembentuk pori merupakan sinyal umum untuk pengenalan alergen, yang membuka peluang riset baru dalam modulasi imun."
Mo Xu
"Penelitian ini menjelaskan bagaimana dua protein bekerja secara sinergis dalam menciptakan respons imun, memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk mengembangkan terapi baru."
Analisis Kami
"Penemuan ini sangat revolusioner karena membuka paradigma baru dalam memahami alergi sebagai respons yang dipicu oleh kerusakan fisik pada membran sel akibat protein pembentuk pori, bukan sekadar reaksi imun terhadap molekul asing. Hal ini bisa menjadi titik balik dalam terapi alergi yang selama ini gagal mengatasi akar penyebabnya secara efektif."
Prediksi Kami
Pendekatan pengobatan alergi di masa depan kemungkinan akan berfokus pada penghambatan atau penonaktifan protein pembentuk pori, bukan hanya menargetkan alergen atau respons imun saja.