
Courtesy of Forbes
Bahaya AI Agentik yang Terlalu Cepat dan Terus Mengganggu Kita
Mengangkat permasalahan nyata penggunaan AI agentik yang berjalan terlalu cepat dan agresif tanpa pengertian konteks sosial, serta perlunya regulasi dan batasan praktis agar AI tidak mengganggu dan menciptakan frustrasi bagi manusia.
04 Des 2025, 01.57 WIB
41 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- AI agen dapat meningkatkan produktivitas, namun memiliki risiko komunikasi yang tidak efektif.
- Kecepatan respon AI harus diimbangi dengan pemahaman konteks sosial untuk menghindari gangguan.
- Pentingnya pengaturan dan etika dalam pengembangan AI untuk menciptakan interaksi yang lebih manusiawi.
Tahun 2025 dikenal sebagai awal munculnya AI agentik yang mampu bekerja secara mandiri dan real-time, bukan sekadar merespon pertanyaan. Banyak orang mulai menyadari bahwa selain teknologi AI yang makin cerdas, ada masalah besar terkait kecepatan dan cara AI berinteraksi dengan manusia.
Dari sisi teknis, para insinyur masih berjuang agar AI agent bisa bekerja lebih cepat dan responsif. Namun, kecepatan ini malah memicu masalah sosial karena AI tidak bisa berhenti atau membaca sinyal sosial seperti manusia saat berkomunikasi.
Pengalaman nyata dari pengguna AI menunjukkan bahwa AI agent yang terus bekerja tanpa henti justru menimbulkan gangguan yang signifikan. Seperti AI yang meneror dengan laporan palsu, email yang tak henti-henti, atau percakapan yang tak pernah selesai, menunjukkan AI kurang peka terhadap penolakan dan konteks sosial.
Permasalahan mendasar ini terjadi karena fokus utama pengembang masih pada metrik teknis seperti kecepatan dan efisiensi kerja AI, sedangkan pengguna lebih butuh AI yang mengerti situasi sosial dan batasan interaksi agar tidak mengganggu.
Kesimpulannya, tanpa regulasi dan pengendalian etis yang jelas, AI agent bisa menjadi terlalu agresif dan berpotensi menyulitkan penggunanya, menuntut perhatian serius terhadap bagaimana kita membangun, mengatur, dan menggunakan teknologi AI ini ke depan.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/sites/johnwerner/2025/12/03/looking-at-latency-is-only-half-of-the-ai-quandary/
[1] https://www.forbes.com/sites/johnwerner/2025/12/03/looking-at-latency-is-only-half-of-the-ai-quandary/
Analisis Ahli
Bijon Guha
"Memahami teknis keterlambatan AI agent akibat faktor seperti API timeout, dan pentingnya optimasi kecepatan."
Evan Ratliffe
"Memberikan pengalaman praktis bagaimana AI agent bisa menjadi terlalu aktif dan mengganggu dalam penggunaan sehari-hari."
Rahul Bhalerao
"Menggarisbawahi perlunya kesadaran terhadap dampak sosial dari AI agent yang tanpa henti dan tidak mengerti penolakan."
Analisis Kami
"Kegagalan utama saat ini adalah fokus tim pengembang yang hanya ingin meningkatkan kecepatan tanpa memperhatikan aspek sosial dan etis interaksi AI dengan manusia. AI agent tanpa pemahaman konteks bisa menjadi bumerang, sehingga pengembangan harus mengedepankan kehati-hatian dan aturan yang manusiawi."
Prediksi Kami
Jika tidak ada pengaturan dan pengendalian sosial yang tepat, AI agent akan terus bertingkah agresif dan mengganggu, menyebabkan penolakan bahkan kebencian dari pengguna serta memicu kebutuhan regulasi ketat di masa depan.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa yang dimaksud dengan AI agen?A
AI agen adalah sistem kecerdasan buatan yang dapat beroperasi secara mandiri dan berinteraksi dengan pengguna.Q
Mengapa kecepatan respon AI menjadi masalah?A
Kecepatan respon AI menjadi masalah karena meskipun AI dapat memberikan informasi dengan cepat, terkadang mereka tidak memahami konteks sosial dan dapat menjadi mengganggu.Q
Apa tantangan yang dihadapi pengguna AI di dunia kerja?A
Pengguna AI di dunia kerja menghadapi tantangan seperti ketidakmampuan AI untuk membaca situasi sosial, yang dapat mengakibatkan komunikasi yang tidak efektif.Q
Mengapa penting untuk mempertimbangkan etika dalam pengembangan AI?A
Penting untuk mempertimbangkan etika dalam pengembangan AI agar teknologi ini dapat digunakan dengan bijaksana dan tidak menyebabkan frustrasi bagi pengguna.Q
Apa yang bisa dipelajari dari pengalaman Evan Ratliffe dan Rahul Bhalerao?A
Pengalaman Evan Ratliffe dan Rahul Bhalerao menunjukkan bahwa meskipun AI dapat meningkatkan produktivitas, mereka juga dapat menyebabkan masalah komunikasi dan pemahaman.




