
Courtesy of Forbes
Solusi Inovatif Menanggulangi Kekurangan Talenta di Keamanan Siber
Artikel ini bertujuan membahas berbagai pendekatan tidak konvensional yang dapat digunakan organisasi untuk menutup kesenjangan kemampuan keamanan siber dan memperkuat tim yang ada tanpa harus bergantung pada talenta langka yang sulit ditemukan, serta bagaimana memaksimalkan penggunaan AI dan pelatihan internal untuk menghadapi kekurangan tenaga ahli di bidang keamanan siber.
20 Nov 2025, 01.15 WIB
218 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Pentingnya mengembangkan ekosistem kolaboratif untuk meningkatkan keterampilan keamanan siber.
- AI dapat menjadi alat yang berguna untuk mengotomatiskan tugas rutin dan memperkuat tim keamanan yang ada.
- Membangun budaya keamanan di seluruh organisasi dapat mengurangi ketergantungan pada talenta yang langka.
Ancaman di dunia digital semakin meningkat seiring organisasi mengadopsi lebih banyak layanan cloud dan memperluas jejak digital mereka. Namun, hanya 14% perusahaan yang memiliki talenta keamanan siber yang cukup untuk melindungi sistem mereka. Hal ini memaksa banyak perusahaan mencari solusi baru dan kreatif untuk mengatasi keterbatasan tenaga ahli keamanan siber yang sulit ditemukan saat ini.
Salah satu solusi inovatif adalah membentuk komunitas atau 'cyber guild' yang didukung teknologi AI. Komunitas ini menggabungkan gamer, hacker etis, dan para profesional dari berbagai domain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah keamanan siber secara kolaboratif dan belajar bersama. AI di sini bertindak sebagai mentor dan pendukung dalam pertahanan keamanan siber.
Selain itu, penggunaan AI untuk otomatisasi tugas rutin dalam keamanan siber menjadi cara efektif dalam meningkatkan efisiensi tim yang terbatas. AI dapat membantu dalam deteksi ancaman dan respons insiden, sehingga para ahli dapat fokus pada tugas-tugas strategis yang lebih kompleks. Pelatihan dan rotasi staf internal juga menjadi strategi penting dalam melatih talenta baru yang adaptif dan lebih tangguh.
Memperkuat tata kelola identitas dan kontrol akses menjadi fokus lain yang membantu mengurangi risiko tanpa perlu menambah staf keamanan. Perusahaan juga dianjurkan menggunakan model kerja 'player/coach', di mana ahli eksternal tidak hanya menangani pekerjaan teknis tapi juga memberikan mentoring kepada tim internal agar kapasitas mereka terus meningkat.
Kesimpulannya, di tengah kekurangan talenta keamanan siber, organisasi harus berpikir kreatif dengan memanfaatkan AI, membangun budaya keamanan bersama, dan mengembangkan sumber daya manusia internal. Pendekatan ini memungkinkan organisasi untuk tetap kuat dan tangguh menghadapi ancaman digital yang semakin berkembang.
Referensi:
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/11/19/innovative-approaches-to-addressing-the-cybersecurity-skills-gap/
[1] https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2025/11/19/innovative-approaches-to-addressing-the-cybersecurity-skills-gap/
Analisis Ahli
Deep Narayan Mishra
"Membangun 'cyber guild ecosystems' akan menciptakan komunitas dinamis yang tidak hanya mempercepat pembelajaran tapi juga meningkatkan efektivitas pertahanan melalui kolaborasi manusia dan AI."
JJ Thompson
"Otomatisasi berbasis AI yang dapat memberikan bukti kriptografis berkelanjutan bisa menurunkan risiko pelanggaran secara signifikan tanpa perlu menambah headcount."
Jonathan Doughty
"Membentuk panel review arsitektur teknis memastikan standar keamanan secara konsisten diterapkan dan mengembangkan kemampuan teknis secara menyeluruh di dalam perusahaan."
Cody Pierce
"Keamanan siber bukan hanya tugas satu departemen, melainkan harus menjadi budaya organisasi yang melibatkan seluruh staf agar efektif menjaga kebersihan keamanan dasar."
Ganesh Kirti
"Mengintegrasikan keamanan sejak tahap desain produk memperkuat fondasi pertahanan dan mengurangi ketergantungan pada talenta khusus dengan memanfaatkan sistem dan kebijakan otomatisasi."
Analisis Kami
"Pendekatan mengintegrasikan AI dan pelatihan internal merupakan solusi paling praktis dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan talenta keamanan siber yang terbatas. Namun, keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada komitmen organisasi untuk merubah budaya keamanan dari sekadar tugas spesialis menjadi tanggung jawab bersama."
Prediksi Kami
Di masa depan, organisasi akan semakin mengandalkan kombinasi otomatisasi berbasis AI dan pelatihan internal untuk menanggulangi kekurangan tenaga ahli keamanan siber, serta membangun ekosistem keamanan yang berbasis komunitas dan kolaborasi lintas disiplin.
Pertanyaan Terkait
Q
Apa tantangan utama yang dihadapi organisasi dalam keamanan siber saat ini?A
Tantangan utama yang dihadapi organisasi adalah meningkatnya ancaman siber dan kekurangan talenta yang terampil untuk mengatasi masalah tersebut.Q
Mengapa organisasi perlu mengeksplorasi cara kreatif untuk mengatasi kekurangan talenta di bidang keamanan siber?A
Organisasi perlu mengeksplorasi cara kreatif karena pencarian talenta yang terampil semakin sulit dan memperkuat pertahanan mereka tanpa bergantung pada spesialis yang sulit ditemukan.Q
Apa itu 'cyber guild ecosystems' dan bagaimana cara kerjanya?A
'Cyber guild ecosystems' adalah komunitas yang menggabungkan gamer, hacker etis, dan profesional untuk belajar dan memecahkan masalah bersama, didukung oleh AI.Q
Bagaimana AI dapat digunakan untuk mengurangi dampak pelanggaran data?A
AI dapat digunakan untuk menghasilkan bukti kriptografis yang berkelanjutan bahwa kontrol keamanan berfungsi dengan baik, sehingga mengurangi dampak dari pelanggaran data.Q
Apa langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk membangun budaya keamanan yang lebih baik?A
Perusahaan dapat membangun budaya keamanan dengan melatih semua departemen, bukan hanya tim keamanan, untuk bertanggung jawab atas kebersihan keamanan dasar.



