Courtesy of CNBCIndonesia
Industri Robotik China Mengancam Masa Depan Perusahaan Otomotif Barat
Memberikan peringatan terkait kemajuan pesat industri manufaktur China, khususnya di bidang robotik dan kendaraan listrik, yang mengancam posisi dan keberlangsungan perusahaan Barat di pasar global.
17 Okt 2025, 16.20 WIB
131 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
- Industri otomotif dan energi hijau di China mengalami kemajuan pesat, khususnya dalam robotik.
- Persaingan global antara perusahaan Barat dan China semakin ketat, terutama dalam kendaraan listrik.
- Investasi besar-besaran China dalam robotik bertujuan untuk mengatasi masalah demografi dan meningkatkan daya saing industri.
Jakarta, Indonesia - Sejumlah eksekutif otomotif dan energi hijau dari negara Barat baru saja melakukan kunjungan ke China dan kembali dengan rasa khawatir. Kekhawatiran mereka muncul dari kemajuan pesat industri manufaktur yang sangat terotomasi dan menggunakan robotik tingkat tinggi di China. Perkembangan ini dianggap dapat mengubah dinamika persaingan global, terutama di sektor kendaraan listrik.
CEO Ford, Jim Farley, bahkan menyatakan bahwa perusahaan seperti Ford berisiko punah jika China memenangkan persaingan di bidang kendaraan listrik. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang dirasakan para pelaku industri Barat terhadap dominasi teknologi dan manufaktur China yang semakin maju secara robotik.
Pendiri perusahaan pertambangan Fortescue, Andrew Forrest, juga melakukan perubahan strategi setelah kunjungan tersebut. Ia menghentikan usaha produksi powertrain EV secara internal karena pabrik di China menggunakan robot sepenuhnya, tanpa kehadiran manusia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat otomatisasi di China sudah sangat tinggi.
Dilaporkan bahwa China melakukan investasi besar-besaran di bidang robotik industri. Federasi Robotika Internasional menyatakan China mengoperasikan lebih banyak robot dibanding negara besar lain seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris. Penggunaan robot di China bukan hanya untuk meningkatkan keuntungan, tapi lebih sebagai upaya mengatasi masalah demografi dan menjaga daya saing manufaktur.
Analis Bismarck Analysis, Rian Whitton, menambahkan bahwa tujuan utama China adalah mengotomasi industri semaksimal mungkin untuk mengimbanginya penurunan populasi pekerja. Pendekatan ini berbeda dengan negara-negara Barat yang lebih menekankan pada peningkatan margin keuntungan. Kebijakan robotik ini bisa jadi kunci keunggulan kompetitif China di masa depan.
Referensi:
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251017134459-37-676789/bos-bos-negara-barat-ketakutan-pulang-dari-china-ada-apa
[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251017134459-37-676789/bos-bos-negara-barat-ketakutan-pulang-dari-china-ada-apa
Analisis Ahli
Rian Whitton
"China mengotomatisasi manufactur semaksimal mungkin untuk mengimbangi penurunan populasi dan mendapatkan keunggulan kompetitif, bukan hanya mencari margin keuntungan lebih tinggi seperti yang biasa dilakukan Barat."
Analisis Kami
"China sudah memimpin dalam penggunaan robotik sebagai strategi adaptasi terhadap masalah demografi dan bukan sekadar untuk keuntungan finansial jangka pendek. Negara Barat perlu segera mengevaluasi dan mengubah pendekatan manufaktur mereka agar mampu bersaing kembali di pasar global yang semakin kompetitif."
Prediksi Kami
Industri manufaktur dan otomotif di negara-negara Barat akan semakin tertinggal jika tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan robotik dan teknologi yang dimiliki China, bahkan beberapa perusahaan besar bisa mengalami penurunan signifikan atau punah.