Pertumbuhan Pesat AI Ubah Budaya Kerja dan Kebutuhan Keterampilan Karyawan
Courtesy of YahooFinance

Pertumbuhan Pesat AI Ubah Budaya Kerja dan Kebutuhan Keterampilan Karyawan

Artikel ini bertujuan menjelaskan perubahan signifikan dalam penerimaan dan penggunaan AI di organisasi besar AS, serta bagaimana transformasi ini memengaruhi budaya kerja dan kebutuhan keterampilan manusia yang baru, memberikan wawasan penting bagi pembaca terkait masa depan dunia kerja.

10 Okt 2025, 02.39 WIB
307 dibaca
Share
Ikhtisar 15 Detik
  • Penerapan agen AI di organisasi besar telah meningkat secara signifikan, menunjukkan penerimaan yang lebih baik dari karyawan.
  • Keterampilan kritis dan kemampuan adaptasi menjadi semakin penting dalam era penggunaan AI di tempat kerja.
  • Metrik bisnis tradisional tidak cukup untuk menilai dampak AI, memerlukan pendekatan baru untuk evaluasi.
Amerika Serikat - Dalam enam bulan terakhir, banyak organisasi besar di Amerika Serikat mengalami lonjakan besar dalam penggunaan agen AI, meningkat dari 11% menjadi 42%. Perubahan ini bukan hanya soal teknologi baru yang diadopsi, tapi membawa perubahan budaya kerja dan persepsi karyawan terhadap AI dalam lingkungan kerja.
Menurut survei KPMG Q3 2025, penolakan terhadap AI dari para pekerja turun drastis dari 47% menjadi hanya 21%. Kini, lebih dari setengah tenaga kerja menerima bahkan mengadopsi AI sebagai alat bantu yang meningkatkan produktivitas, terutama di bidang teknologi, operasional, dan manajemen risiko.
Namun, pemimpin bisnis menyadari bahwa AI belum bisa sepenuhnya menggantikan manusia. AI masih memerlukan manusia dalam pengawasan dan pengambilan keputusan karena teknologi ini masih immature, seperti ‘bayi yang harus diawasi’, sehingga kolaborasi manusia dan mesin menjadi penting.
Metrik tradisional seperti ROI dan KPI lama tidak sepenuhnya mencerminkan nilai AI. Oleh karena itu, perusahaan mulai mengevaluasi dampak AI melalui perubahan produktivitas, profitabilitas, dan kualitas kerja, sekaligus menyiapkan karyawan dengan keterampilan kritis, menanyakan, dan beradaptasi agar tetap relevan di masa depan.
Harapan dan tuntutan terhadap pekerja entry-level kini berubah. Mereka yang lahir digital pertama kali diharapkan untuk lebih skeptis terhadap AI dan mampu berpikir kritis. Perusahaan sudah mulai merubah cara merekrut dan menempatkan pekerja baru agar pekerjaan menuntut perhatian analitis dan kreativitas dibandingkan tugas rutin.
Referensi:
[1] https://finance.yahoo.com/news/fear-factor-cognitive-fatigue-kpmg-193911532.html

Analisis Ahli

Rahsaan Shears
"AI adalah teknologi yang masih dalam tahap 'toddler' yang butuh pengawasan manusia, dan keterampilan Renaissance seperti berpikir kritis sangat penting agar manusia tetap menjadi pengendali utama dalam proses kerja berbasis AI."

Analisis Kami

"Transformasi ini menunjukkan bahwa AI bukan ancaman langsung bagi pekerjaan manusia melainkan alat bantu yang menuntut harmonisasi baru antara manusia dan mesin. Namun, perusahaan wajib memperkuat pelatihan keterampilan kognitif agar karyawan mampu mengelola dan mengawasi AI dengan efektif, memperkuat kolaborasi manusia dan teknologi."

Prediksi Kami

Dalam waktu dekat, penggunaan AI akan semakin meluas di berbagai departemen perusahaan besar, dan akan muncul pengukuran baru yang lebih tepat untuk menilai dampak AI, sementara pekerja akan lebih diharapkan memiliki keterampilan berpikir kritis dan adaptabilitas untuk mendampingi teknologi ini.

Pertanyaan Terkait

Q
Apa yang dimaksud dengan survei KPMG Q3 2025?
A
Survei KPMG Q3 2025 adalah penelitian yang dilakukan terhadap 130 pemimpin bisnis di AS mengenai penerapan agen AI di organisasi mereka.
Q
Bagaimana perubahan sikap karyawan terhadap AI menurut survei?
A
Survei menunjukkan penurunan resistensi karyawan terhadap AI dari 47% menjadi 21%, dengan lebih dari setengah tenaga kerja sekarang menerima atau mendukung penggunaan AI.
Q
Apa yang dijelaskan Rahsaan Shears tentang hubungan antara manusia dan AI?
A
Rahsaan Shears menjelaskan bahwa AI membutuhkan intervensi manusia dan harus dipandang sebagai alat yang mendukung, bukan menggantikan pekerja.
Q
Mengapa metrik bisnis tradisional tidak cukup untuk mengukur dampak AI?
A
Metrik bisnis tradisional dinilai tidak mampu menangkap nilai penuh dari AI, sehingga diperlukan pendekatan baru untuk menilai dampaknya.
Q
Apa yang diharapkan oleh pemimpin organisasi terkait dengan pekerjaan tingkat pemula?
A
Pemimpin organisasi mengharapkan untuk merombak perekrutan tingkat pemula agar lebih berorientasi pada keterampilan kritis.