Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Finansial

Menavigasi Kompleksitas Tokenisasi Aset di Tiongkok dan Hong Kong

Share

Cerita ini membahas dinamika dan tantangan dalam tokenisasi aset, terutama di Tiongkok dan Hong Kong. Isu risiko, keunggulan teknis, dan upaya menghindari krisis serupa dengan P2P lending menjadi sorotan penting yang dapat mengubah cara institusi keuangan mengelola aset digital.

06 Des 2025, 11.47 WIB

China Perketat Aturan Tokenisasi Aset Dunia Nyata, Tutup Harapan Pelonggaran

China Perketat Aturan Tokenisasi Aset Dunia Nyata, Tutup Harapan Pelonggaran
Beijing baru saja memberikan peringatan keras kepada perusahaan yang menangani tokenisasi aset dunia nyata (RWA). Tokenisasi ini adalah proses mengubah aset tradisional menjadi bentuk digital di blockchain agar transaksi lebih cepat dan murah. Namun pemerintah China melihat aktivitas ini membawa banyak risiko, seperti adanya aset palsu dan perdagangan spekulatif yang dapat merugikan. Tujuh asosiasi industri utama China, yang diawasi oleh regulator seperti Bank Sentral China dan Komisi Sekuritas China, menyatakan bahwa mereka tidak mengizinkan aktivitas tokenisasi RWA. Mereka ingin melindungi investor dan menjaga stabilitas pasar keuangan dari potensi kerugian akibat kegiatan tersebut. Pemerintah China menganggap langkah ini perlu karena sebelumnya terdapat harapan bahwa pembatasan terhadap aset digital akan dilonggarkan. Namun, persaingan dengan Amerika Serikat serta risiko di dalam negeri membuat Beijing memilih kebijakan tegas yang menolak bentuk tokenisasi ini. Selain tokenisasi RWA, regulator China juga mengeluarkan pernyataan bahwa stablecoin, yang merupakan jenis aset digital yang nilainya dipatok pada mata uang tradisional, tidak memenuhi standar keamanan dan anti pencucian uang yang ketat di China. Ini menambah bukti sikap negatif pemerintah terhadap berbagai aset digital. Situasi ini menunjukkan bahwa China lebih memilih pendekatan hati-hati terhadap teknologi blockchain dan aset digital agar tidak mengganggu kestabilan keuangan nasional. Para pelaku pasar diharapkan memahami risiko dan patuh pada peraturan yang ada untuk mencegah kerugian besar di masa mendatang.
05 Des 2025, 01.15 WIB

Bagaimana Tokenisasi Aset Mendorong Bisnis Menuju Era Keuangan Digital

Bagaimana Tokenisasi Aset Mendorong Bisnis Menuju Era Keuangan Digital
Tokenisasi aset dunia nyata adalah proses mengubah kepemilikan aset fisik seperti properti atau alat menjadi token digital yang mudah diperjualbelikan. Proses ini menghilangkan kebutuhan dokumen manual dan mempercepat transaksi, sehingga memberikan fleksibilitas dan kecepatan dalam manajemen aset dan pendanaan dibandingkan sistem tradisional yang lambat. Dengan tokenisasi, bisnis dapat membagi aset yang sebelumnya sulit diakses menjadi bagian kecil atau 'fractional ownership' yang bisa dibeli investor dari seluruh dunia. Ini membuka peluang bagi UMKM dan kreator untuk mendapatkan akses modal tanpa harus bergantung hanya pada bank lokal atau sumber pendanaan terbatas. Selain itu, tokenisasi menggabungkan smart contracts yang membuat transaksi lebih transparan dan otomatis. Hal ini juga memungkinkan kepatuhan regulasi dilakukan secara real time, mengurangi biaya dan risiko yang terkait dengan proses hukum dan administrasi yang biasa terjadi pada transaksi aset konvensional. Tokenisasi memicu munculnya model bisnis baru, seperti industri yang berbagi aset berat secara token yaitu ketika perusahaan membagi pemakaian mesin kepada perusahaan lain melalui token. Konsep ini makin mempercepat inovasi dan memperluas pasar modal, sekaligus membuka cara baru untuk kolaborasi antar berbagai sektor industri. Secara keseluruhan, tokenisasi tidak hanya mengubah cara bisnis mengelola dan memperdagangkan aset mereka, tetapi juga membuka peluang pendanaan global, mempercepat likuiditas, dan menciptakan efisiensi pasar yang sebelumnya sulit dicapai. Hal ini diperkirakan akan terus berkembang dan merevolusi sektor keuangan serta industri di masa depan.
01 Des 2025, 06.30 WIB

Kekhawatiran Tokenisasi Aset Riil Disusupi Skema MLM di Cina

Kekhawatiran Tokenisasi Aset Riil Disusupi Skema MLM di Cina
Tokenisasi aset riil atau RWA menjadi tren baru di Cina, membawa peluang besar bagi pasar keuangan. Namun ada kekhawatiran serius terkait ketertarikan perusahaan pemasaran berjenjang (MLM) yang mulai mengadopsi teknologi ini tanpa pemahaman mendalam. MLM adalah perusahaan yang mengandalkan penjualan langsung oleh jaringan distributor yang mendapatkan komisi dari penjualan pribadi dan jaringan mereka. Metode ini sering dikecam karena bisa menimbulkan penipuan dan kerugian bagi pelanggan serta peserta. Ketua CPIC Investment Management, CG Zhou, memperingatkan bahwa tanpa standar pengembangan yang jelas, tokenisasi bisa mengikuti jejak buruk P2P lending yang meledak dan menyebabkan miliaran yuan kerugian bagi masyarakat hampir sepuluh tahun lalu. P2P lending dulu dianggap sebagai inovasi keuangan, tapi akhirnya berubah menjadi skema Ponzi dengan platform yang tidak diawasi dengan baik. Zhou mengajak semua pemangku kepentingan supaya menjaga perkembangan tokenisasi tetap sehat dan aman. Forum Asosiasi Keuangan Cina di Hong Kong menjadi papan diskusi penting untuk menetapkan arah pengembangan tokenisasi agar bisa memberikan inovasi dan perlindungan bagi investor serta konsumen tanpa mengulangi kegagalan masa lalu.
24 Nov 2025, 07.30 WIB

Tokenisasi Dorong Efisiensi dan Tarik Perusahaan ke Pusat Treasury Hong Kong

Tokenisasi Dorong Efisiensi dan Tarik Perusahaan ke Pusat Treasury Hong Kong
Hong Kong sedang mendorong pengembangan sistem keuangan berbasis tokenisasi yang menjanjikan peningkatan efisiensi bagi perusahaan global. Sistem ini membantu perusahaan mengelola keuangan mereka secara lebih cepat dan murah, terutama dalam transaksi lintas negara yang biasanya memakan waktu dan biaya besar. Beberapa perusahaan besar dan lembaga keuangan seperti Standard Chartered dan China Asset Management (Hong Kong) ikut mendukung inisiatif ini. Mereka percaya tokenisasi akan membuat layanan keuangan lebih cepat, efisien, dan mudah diakses oleh berbagai kalangan, baik individu maupun korporasi. Pemerintah Hong Kong melalui lembaga InvestHK dan proyek seperti Project Ensemble sangat optimis dengan potensi tokenisasi. Mereka memperkirakan aplikasi komersial baru akan bermunculan, memberikan berbagai produk keuangan yang lebih fleksibel berbasis teknologi ini. Dampak langsung dari perkembangan ini adalah peningkatan daya tarik Hong Kong sebagai tempat pendirian pusat treasury oleh berbagai perusahaan, terutama perusahaan besar dari Tiongkok daratan. Beberapa perusahaan BUMN besar sudah mulai mengikuti tren ini untuk memudahkan pengelolaan keuangan global mereka. Hong Kong Chinese Enterprises Association juga telah membentuk sebuah komite khusus yang terdiri dari 43 perusahaan besar dari berbagai sektor. Komite ini mengelola aset gabungan lebih dari USRp 3.95 quadriliun ($240 miliar) dan melakukan transaksi tahunan senilai hampir USRp 49.34 quadriliun ($3 triliun) , menunjukkan potensi besar yang dimiliki pusat treasury berbasis tokenisasi ini.
17 Nov 2025, 23.15 WIB

Mengungkap Kunci Likuiditas Token Aset di Ekonomi Berkembang

Mengungkap Kunci Likuiditas Token Aset di Ekonomi Berkembang
Tokenisasi aset telah menjadi solusi populer untuk mengubah aset fisik menjadi digital, namun banyak yang salah paham bahwa masalah utama hanyalah teknis digitalisasi. Faktanya, membuat token yang bisa diperjualbelikan dan diterima secara global memerlukan sistem teknis yang mampu mengintegrasikan banyak sistem keuangan dan regulasi yang berbeda. Menurut Boston Consulting Group, terdapat potensi unlock aset senilai 16 triliun dolar AS di pasar maju melalui tokenisasi. Namun, ketika kita memasukkan aset seperti dana kekayaan negara, hak sumber daya alam, dan konsesi infrastruktur di negara berkembang, nilainya diperkirakan mencapai minimal 200 triliun dolar AS yang belum tersentuh. Sistem perbankan internasional seperti SWIFT kini mengadopsi sistem blockchain dengan standar ISO 20022, sehingga institusi keuangan bisa menjalankan transaksi token menggunakan infrastruktur eksisting tanpa harus membangun ulang sistem dari nol. Hal ini membuka jalan agar token bisa berfungsi di berbagai negara dan bank secara simultan. Token aset juga harus membawa data kepatuhan yang terintegrasi seperti verifikasi KYC, anti-pencucian uang, dan pelaporan pajak secara otomatis yang memungkinkan aset ini diterima oleh regulator di berbagai wilayah secara efisien. Ini dimungkinkan berkat kemajuan smart contract dan protokol lintas blockchain. Bagi negara berkembang, kunci sukses tokenisasi adalah memilih aset dengan nilai likuiditas langsung, membangun token yang interoperable dan patuh regulasi sejak awal, serta tidak mencoba mengganti infrastruktur keuangan yang sudah ada tapi mengintegrasikannya. Dengan demikian, peluang ekonomi besar senilai triliunan dolar bisa dimanfaatkan dengan optimal.

Baca Juga

  • Juara Teknologi Eropa: Membentuk Lanskap Inovasi Eropa

  • Menghadapi Adopsi AI di Sektor Keuangan: Mengatasi Tantangan Operasional

  • Investor Tak Konvensional Mendongkrak Pertumbuhan Startup AI di Asia

  • Startup Teknologi India Semakin Menguat Lewat IPO dan Pendanaan Strategis

  • Adopsi Pembayaran Digital oleh Konsumen: Pendorong Evolusi Fintech di Indonesia